Deputi Bidang Usaha Jasa Keuangan, Survei dan Konsultasi Kementerian BUMN Gatot Trihargo menjelaskan pembentukan fintech tersebut untuk membuat layanan yang dimiliki perusahaan BUMN bisa lebih efisien.
Gatot menjelaskan LinkAja tak akan menjadi pesaing dua pemain besar seperti OVO dan GoPay. "Kita meramaikan saja, bukan pesaing. Customer base mereka kan di sekitar belasan juta orang," kata Gatot di Kementerian BUMN, Jakarta, Selasa (12/2/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Potensi customer base cukup besar, yang penting ekosistemnya dulu. Nanti kan kalau sudah ada bisa masuk ke jalan tol, bandara. Nanti kita akselerasi peralatan untuk menggunakan QR code itu," jelas dia.
Gatot menyebut saat ini sudah intensif berkomunikasi dengan Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran (DKSP) Bank Indonesia untuk proses perizinan.
Baca juga: Perang Dompet Digital Kian Brutal |
Sebelumnya Direktur Teknologi Informasi dan Operasi PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) Dadang Setiabudi menjelaskan, nantinya LinkAja akan meluncur pada akhir Februari 2019.
Dia menargetkan peluncuran akan dilakukan pada Februari atau Maret. Nantinya masing-masing BUMN akan memiliki porsi kepemilikan yang sama dalam LinkAja. Saat ini, LinkAja sedang mengurus proposal permohonan perizinan ke Bank Indonesia selaku regulator sistem pembayaran.
Disinggung lebih lanjut mengenai kerja sama dengan prinsipal jasa pembayaran asal China, WeChat dan Alipay, Dadang enggan berkomentar lebih jauh. Dia mengatakan kerja sama dengan prinsipal asing akan diproses setelah LinkAja terbentuk.
Simak juga video 'Cegah Kampanye Hitam, Kominfo Gencarkan Literasi Digital':
(kil/ang)