Presiden FSPPB Arie Gumilar menjelaskan, wacana avtur sebagai biang kemahalan tiket pesawat mulanya diungkapkan oleh Ketua Indonesia National Air Carriers Association (INACA) Ari Askhara di awal Januari 2019.
Menurutnya, hal itu tidak benar. Lantaran, tren harga avtur menurun dari periode Oktober hingga Desember 2018. Bahkan, avtur mencapai titik terendahnya di Januari 2019.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Soal Avtur, Luhut: Kita Mau Jangan Monopoli |
"Kita coba klarifikasi, saya bilang ini kebohongan publik karena justru tren harga avtur dari Oktober-Desember terus turun. Bahkan di awal Januari 2019 pada saat tiket pesawat betul-betul melonjak itu harga avtur terendah sepanjang 2018," jelasnya kepada detikFinance, Jumat (15/2/2019).
"Logikanya kalau misalkan harga tiket karena harga avtur, harusnya harga tiket justru paling murah, karena harga avtur paling murah saat itu," tambahnya.
Arie mencurigai, ada kepentingan terkait statement tersebut. Sebab itu, ia melayangkan somasi ke INACA.
"Dan setelah kita somasi, kita juga ketemu tim INACA kemudian mereka klarifikasi bahwa memang penyebab utama harga tiket pesawat bukan dari avtur tapi ada komponen lain yang menyebabkan tiket itu mahal," ujarnya.
Setelah rampung, persoalan avtur kembali muncul. Bahkan, pernyataan tersebut muncul dari Presiden Joko Widodo (Jokowi).
"Pak Jokowi sampai mengatakan, bahwa ini biang kerok Pertamina kami akan panggil Dirut Pertamina untuk menurunkan harga avtur kan jadi nggak bener," ungkapnya.
Apalagi, hari ini dikabarkan ada perusahaan yang menyatakan minat untuk masuk di bisnis avtur.
"Kami melihat ini ada kepentingan-kepentingan kartel, kepentingan perusahaan asing karena jelas berita pagi ini. Saya lihat juga AKR dan BP siap masuk bisnis avtur Indonesia. Jangan-jangan biang keroknya dari sini. Dia nembus INACA nggak masuk, sekarang lewat Presiden," ujarnya.
Padahal, lanjutnya, Pertamina punya tugas berat menyediakan bahan bakar di seluruh wilayah Indonesia. Jika Pertamina mesti diadu dengan swasta, maka Pertamina akan kalah saing.
"Pertamina menjual avtur juga di setiap bandara bahkan sampai bandara pelopor. Kalau misalkan diadu disisi yang 'gemuk' saja, bisa-bisa Pertamina tidak mampu membiayai suplai avtur ke pelosok-pelosok. Sama filosofinya dengan BBM satu harga, kenapa Pertamina mampu mendanai BBM satu harga pada prisnispnya subsidi silang," terangnya.
Menimbang kondisi tersebut, para pekerja akan menggelar aksi di Istana Negara pada 19 Februari 2019. Dia meminta agar Presiden Jokowi melindungi Pertamina.
Lanjutnya, aksi ini akan diikuti oleh 300 pekerja Pertamina.
"Kami rencanakan tanggal 19 Februari nanti, kami tidak berbisik kami akan berteriak di jalan," tutupnya. (eds/eds)