Namanya, Mobile Corn Dryer (MCD). Alat ini diklaim dapat menjadi pilihan terbaik bagi para petani dalam pengelolaan pasca panen jagung karena alat ini bersifat mobile, sehingga dapat dibawa kemana saja dan praktis.
"Kita berharap apabila petani makmur dan sejahtera, peternak pun akan menjadi lebih makmur dan sejahtera, untuk Indonesia yang lebih baik," kata Ketut saat mengenalkan alat tersebut kepada para petani di Blora, Selasa (19/2/19).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain bersifat mobile, sehingga dapat diposisikan berdekatan dengan lokasi panen petani. Alat ini juga diklaim mampu beroperasi dengan kapasitas pengeringan 1 ton per jam, dengan penurunan kadar air sebanyak 15 persen terhadap jagung.
"Solusi ini diharapkan dapat memecahkan persoalan kadar air sehingga pertumbuhan jamur aflatoksin dapat dikendalikan, untuk memunculkan harapan bermanfaat untuk korporasi petani jagung," terang Ketut.
Sementara itu, Eka Budiman perwakilan PT Charoen Phokphand di Jawa Tengah menjelaskan kelebihan MCD ini dapat meningkatkan waktu simpan setelah dikeringkan, melancarkan tata niaga, mendapatkan kualitas lebih baik dan pada akhirnya petani dapat menikmati harga yang lebih baik dari jagung berkadar air lebih rendah.
"Prototipe ini sudah dilakukan uji coba lapangan perdana pada panen jagung di Lampung Selatan, selanjutnya kembali dilakukan uji coba lapangan pada acara panen raya jagung di Tuban dan saat ini dilakukan uji coba lapangan pada acara panen raya jagung di Blora. Berikutnya akan terus dilakukan uji coba secara berkala di beberapa sentra produksi jagung untuk memberikan bukti implementasi nyata atas kegunaan dari MCD pada pertanian jagung di negeri ini," papar Eka.
Erno petani jagung yang hadir di acara tersebut berharap MCD ini bisa diperbantukan di Kabupaten Blora selama 1 bulan selama musim panen. Ia juga berharap, limbah hasil pertanian jagung di wilayahnya juga dapat dimanfaatkan oleh peternak untuk pakan ternak.
"Kami juga selama ini telah memanfaatkan kotoran ayam sebagai pupuk organik yang dapat mengurangi penggunaan pupuk anorganik," katanya. (hns/hns)