Menurut Luhut, Indonesia memiliki berbagai masalah, khususnya di bidang kemaritiman. Ia mencontohkan, masalah tersebut mulai dari pengembangan industri hingga penangkapan ikan secara illegal.
"Di sisi lain, lautan kita terus menghadapi tantangan. Selain kebutuhan anggaran yang signifikan, kami juga dihadapkan dengan tantangan domestik dalam mengembangkan produktivitas industri kelautan nasional dan tantangan global, seperti perubahan iklim, menipisnya stok ikan dunia dan penangkapan ikan illegal fishing, dan masalah pencemaran laut oleh minyak, plastik," jelas dia dalam pertemuan dengan Dubes Belanda di Raffles Hotel, Jakarta, Rabu (20/2/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Susi Gandeng TNI Amankan Sumber Daya Laut RI |
Ia mengungkapkan, karena persoalan tersebut Indonesia dinilai sebagai penghasil utama sampah plastik di laut. Maka dari itu, Luhut berharap agar dapat menghapus gelar tersebut.
Hal itu dilakukan dengan mengolah sampah plastik sebesar 70% di tahun 2025.
"Sampah di laut Indonesia dianggap, baik atau buruk, sebagai salah satu penghasil utama puing plastik laut. Indonesia berkomitmen untuk menghapus gelar mahkota ini dengan mengolah 70% sampah plastik pada tahun 2025," tegas dia.
Baca juga: Susi Gandeng TNI Amankan Sumber Daya Laut RI |
Sementara itu, untuk mencapai tujuan tersebut pihaknya telah menganggarkan sebanyak US$ 1,2 miliar. Dengan begitu, harapannya sampah di lautan Indonesia dapat berkurang.
"Kami tengah memenuhi komitmen kami," tutup dia.
Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti menyebutkan bahwa Indonesia menyumbang sampah plastik terbanyak di dunia setelah China. Sampah plastik menjadi permasalahan besar di Indonesia bahkan di dunia.
"Indonesia sekarang penyumbang sampah plastik terbesar di dunia setelah China," jelasnya kepada detikFinance di Kementerian Perikanan dan Kelautan, Kamis (21/11/2018). (zlf/zlf)