Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja menjelaskan laba bersih ini ditopang dari pendapatan bunga bersih dan pendapatan operasional lainnya sebesar Rp 63 triliun tumbuh 10,6% dibandingkan periode 2017 Rp 57 triliun. Kemudian untuk pendapatan bunga bersih Rp 45,3 triliun tumbuh 8,3%. Sementara pendapatan operasional Rp 17,7 triliun.
"Pertumbuhan kinerja keuangan yang positif pada 2018 di tengah kondisi likuiditas sektor perbankan yang mengetat dan tren kenaikan suku bunga. Posisi likuiditas BCA didukung oleh dana CASA yang solid, berkat pengembangan berkelanjutan franchise perbankan transaksi," ujar Jahja dalam konferensi pers, Kamis (28/2/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penyaluran kredit tercatat Rp 538 triliun tumbuh 15,1%. Dengan komposisi kredit korporasi Rp 213,3 triliun tumbuh 20,4%. Kredit komersial dan UKM mRp 183,8 triliun tumbuh 13,4%.
Kredit konsumer Rp 140,8 triliun, pada segmen konsumer KPR Rp 87,9 triliun tumbuh 12%. Kemudian kredit kendaraan bermotor (KKB) Rp 40 triliun tumbuh 4,4%. Kemudian untuk outstanding kartu kredit Rp 12,9 triliun tumbuh 11,8%.
Non performing loan (NPL) tercatat 1,4% . Rasio cadangan terhadap kredit bermasalah 178,7%. Rasio kecukupan modal 23,4% dan rasio kredit terhadap pendanaan 81,6%.
Dana giro tabungan atau CASA berkontribusi 76,6% terhadap total dana pihak ketiga dengan nilai Rp 483 triliun. Dengan komposisi giro Rp 166,8 triliun tumbuh 10,3% dan dana tabungan Rp 316,2 triliun tumbuh 8,1%. Total dana pihak ketiga (DPK) tercatat Rp 629,8 triliun tumbuh 8,4%.
Jahja menjelaskan untuk mengikuti pesatnya pertumbuhan industri keuangan non bank berbasis teknologi, BCA terus mengembangkan produk dan layanan dengan memanfaatkan teknologi digital serta tetap melakukan investasi pada jaringan elektronik dan kantor cabang.
"Produk dan layanan digital memegang peranan penting dalam memenuhi kebutuhan dan meningkatkan kepuasan nasabah," imbuh dia. (kil/dna)