"Kita sedang melakukan feasibility study. Saya sendiri udah lihat ke sana, tanah itu tidak produktif, tebingnya tidak dalam slof yang tinggi, jadi tidak memerlukan biaya yang tinggi," terang Menhub saat ditemui di Palembang, Senin (4/3/2019).
Meskipun akan dibangun di lereng bukit, Budi Karya menilai tidak ada yang salah. Lain halnya bila bandara itu dibangun di laut dengan melakukan reklamasi, dikhawatirkan akan terjadi konflik sosial dengan warga sekitar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: BIBU Gandeng WIKA Garap Bandara Bali Utara |
"Mestinya tidak masalah (bandara baru dibangun di lereng tebing), kalau di laut pasti nanti akan ada sawah yang harus dihilangkan. Pasti masalah," imbuh Budi Karya.
"Laut jaraknya tertentu sudah ada yang curam, belum lagi kalau laut di Bali itu sangat sensitif. Terbukti di Bali Selatan reklamasi selalu jadi masalah," katanya.
Sebelumnya mantan kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI AU (Purn) Bagus Putu menilai bandara yang dibangun di kawasan berbukit tidak nyaman bagi penerbangan, apalagi penerbangan komersial. Menurutnya, bandara di Kubutambahan idealnya di laut karena datar dan dinilai lebih aman bagi pilot.
"Kan di Asia hanya Bali saja yang memiliki bandara di laut dan sangat besar. Sebagai daerah kawasan widata, bandara yang dibangun di laut jauh lebih menarik dibandingkan di darat, ini dari segi daya tarik. Tetapi dari segi kenyamanan penerbangan, Buleleng merupakan daerah berbukit-bukit, kawasan ini berbahaya bagi penerbangan," katanya.
Attachments area (ras/zlf)