-
Hubungan AirAsia dan Traveloka sedang 'tidak baik'. Bagaimana tidak, AirAsia memutuskan untuk 'cerai' atau mencabut penjualan tiket melalui platform online tersebut.
AirAsia menyatakan, penjualan tiket lewat Traveloka dicabut lantaran tiket AirAsia sempat menghilang. Menurut AirAsia, tindakan itu diskriminatif.
Hal itu ditambah keluhan masyarakat di media sosial. Tidak adanya tiket AirAsia justru direspons Traveloka dengan merekomendasikan maskapai lain.
"Peniadaan beberapa penerbangan AirAsia Indonesia oleh Traveloka menunjukkan dengan jelas sikap diskriminatif dan berat sebelah. Kami mengamati pesan-pesan di media sosial yang disampaikan pelanggan tentang ketidaktersediaan tiket AirAsia justru direspons dengan rekomendasi dari Traveloka untuk memesan tiket maskapai lain," ujar Direktur Utama AirAsia Indonesia Dendy Kurniawan dalam keterangan tertulis.
Lantas, bagaimana kisah lengkap perceraian AirAsia dan Traveloka? Berikut berita selengkapnya dirangkum detikFinance:
Direktur Niaga AirAsia Indonesia Rifai Taberi menceritakan kronologi menghilangnya tiket AirAsia hingga keputusan maskapai mencabut kerja sama dengan Traveloka.
Dia bilang, menghilangnya tiket AirAsia di Traveloka terjadi dua kali. Pertama, pada 14 hingga 18 Februari 2019.
Rifai mengatakan, pihak AirAsia sempat meminta penjelasan terkait masalah tersebut. Traveloka pun merespons dengan normatif jika itu merupakan persoalan teknis.
"Di saat itu ada komunikasi, jawaban dari mereka normatif saat itu, ada masalah teknikal," katanya kepada detikFinance, Selasa (5/3/2019).
Menghilangnya tiket AirAsia untuk kedua kalinya terjadi pada Sabtu (2/3/2019) hingga Minggu (3/3/2019). Rifai menjelaskan, sejak menghilang, AirAsia langsung meminta penjelasan Traveloka.
Namun, Traveloka baru memberi respon 24 jam setelah kejadian. Responnya pun sama, kata Rifai, normatif.
"Jadi Sabtu setelah lebih 24 jam baru dijawab," ujarnya.
Dia melanjutkan, pihak Traveloka memang meminta waktu untuk bertemu pada Minggu lalu terkait masalah tersebut. Tapi, itu bertepatan dengan hari libur.
"Bener, mereka mencoba menghubungi kita, tim kita, tapi saat itu hari Minggu mau ajak ketemuan hari Minggu, ada acara keluarga ya, nggak bisa kebetulan," jelasnya.
Amarah pihak maskapai tampaknya tidak bisa diredam. Akhirnya, Senin lalu (4/3/2019) AirAsia memutuskan untuk menarik penjualan tiket ke Traveloka melalui. Hal itu diumumkan lewat konferensi pers.
PR Manager Traveloka Busyra Oryza menerangkan, Traveloka penyedia jasa marketplace. Dia bilang, Traveloka membantu penjualan tiket dan mengambil komisi dari penjualan tersebut.
"Kerja sama kami dengan maskapai sifatnya kami seperti marketplace mas kami bisa mendapatkan inventory maskapai dan menjualnya ke konsumen di mana setiap kursi yang terjual kami akan mendapatkan komisi," katanya.
Soal besaran komisi, Busyra enggan menanggapi. Dia juga enggan memberi tanggapan atas pasar penjualan tiket AirAsia di Traveloka serta dampak mundurnya AirAsia.
"Mengenai hal tersebut kami juga tidak berkomentar," katanya.
Dia menambahkan, saat ini Traveloka sedang fokus menjalin komunikasi dengan AirAsia untuk mendapat solusi terbaik.
"Saat ini fokus kami adalah berdialog dengan AirAsia agar dapat solusi terbaik," tambahnya.
Direktur Niaga AirAsia Indonesia Rifai Taberi mengatakan, AirAsia sendiri sebenarnya terbuka untuk kerja sama. Asal, kerja sama itu saling menguntungkan.
"Kita open kalau memang ada dari mereka, kita selalu open mau berpartner sama kita. Selama win-win," katanya.
Dia mengaku belum mengetahui sejauh mana pembicaraan lebih lanjut dengan Traveloka.
"Saya belum cek lagi," ujarnya.
Untuk diketahui, AirAsia menarik penjualan tiket lantaran menghilang dari Traveloka. Meski demikian, dia bilang, AirAsia tak rugi atas kejadian itu.
"Kita nggak ada perbedaan, jualan kita tetap stabil, karena orang juga udah pintar kalau dilihat Traveloka nggak ada, ini kan masalah preference masalah kenyamanan," ungkapnya.
Sementara, PR Manager Traveloka Busyra Oryza menuturkan, saat ini akan fokus untuk mencari solusi terbaik pasca dicerai AirAsia. Meski demikian, ia tak secara gamblang menyatakan akan menjalin kerja sama kembali.
"Saat ini fokus kami adalah berdialog dengan AirAsia agar dapat solusi terbaik," katanya
Perceraian antara AirAsia dan Traveloka bisa memberi dampak pada industri sejenis atau biasa disebut online travel agent (OTA). Dampak ekstrimnya, maskapai bisa menjual tiket sendiri-sendiri.
Ketua Umum Asosiasi e-Commerce Indonesia (idEA) Ignatius Untung menerangkan, keputusan AirAsia untuk mencabut penjualan tiket di Traveloka tentu akan memberi dampak pada masing-masing perusahaan.
"Kalau pengaruh pasti ada pengaruh, apalagi AirAsia bukan airlines kecil. Tapi besarnya berapa, yang tahu mereka berdua," katanya.
Ignatius melanjutkan, yang perlu diwaspadai dari perceraian tersebut ialah tidak menutup terjadi pada maskapai lainnya. Dampak buruknya terjadi pada kinerja platform tersebut.
"Yang harus diwaspadai kenapa penyebab mereka mundur, kalau penyebab mundur tidak perbaiki, bisa terjadi di maskapai lain, nggak bagus untuk pertumbuhan platformnya," paparnya.
"Kalau misalnya dengan mundurnya AirAsia dampaknya orang, traffic, pesanan berkurang otomatis ada dampak ke performance perusahaan," ujarnya.
Dia menambahkan, dampak yang paling ekstrim ialah jika ternyata AirAsia sukses menjual tiket sendiri. Menurutnya, bisa saja nantinya maskapai lain juga menjual tiket sendiri-sendiri.
"Kalau AirAsia berhasil tanpa bantuan OTA kenapa kita nggak, bisa aja mereka jalan sendiri-sendiri," tutupnya.