Di depan Presiden Jokowi, Lembong bercerita pada 2018 terjadi penurunan arus modal asing (PMA) sebesar 8,8% dan itu menjadi yang pertama kali sejak empat tahun lalu.
"Padahal biasanya double digit. Kondisi ini konsisten di seluruh dunia. Data PBB, tunjukkan FDI -20 persen. Tahun lalu adalah tahun yang berat untuk investasi," kata Lembong dalam acara Rakornas Investasi di ICE BSD, Banten, Selasa (12/3/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Syukurnya tahun 2018 akhir kami mulai melihat recovery dan awal 2019 recovery makin kencang. Tahun ini kami percaya diri PMA kembali double digit," ujar dia.
Lembong mengungkapkan, ada beberapa fokus pemerintah untuk meningkatkan kembali pertumbuhan PMA di tahun 2019. Pertama, dengan memanfaatkan online single submission (OSS).
"Ini adalah aspek pengawalan investasi. Investasi harus dikawal dari ujung ke ujung. Setiap langkah harus direspons," jelas dia.
Kedua, pemerintah melalui otoritas investasi nasional akan memanfaatkan sistem Koordinasi Pengawalan Investasi dengan Memanfaatkan Aplikasi (KOPI MANTAP).
Dengan adanya aplikasi KOPI MANTAP, koordinasi antar stakeholder, yakni kementerian/lembaga (K/L) maupun pemerintah daerah (pemda) akan lebih efektif. Itu akan memudahkan dan mempercepat proses perizinan investasi.
Misalnya terkait izin lokasi, bila pertimbangan teknis pertanahan yang sebelumnya diajukan oleh pelaku usaha ke instansi terkait sudah keluar, itu akan disampaikan ke dalam sistem OSS untuk diproses lebih lanjut.
"Saya jamin kemudahan penggunaannya tidak kalah dengan gampangnya pakai Whatsapp," kata Lembong.
"Semangat kami saat ini mendorong kesiapan setinggi tingginya untuk mengaktualisasi recovery," tambah dia.