Petani Sebut Panen Gabah Kering Indramayu Capai 7,8 Ton/Hektare

Petani Sebut Panen Gabah Kering Indramayu Capai 7,8 Ton/Hektare

Nabilla Putri - detikFinance
Minggu, 17 Mar 2019 14:59 WIB
Foto: kementan
Jakarta - Wakil Ketua Umum Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Indramayu, Jawa Barat, Sutatang, setiap tahunnya hasil produksi pertanian di wilayahnya tercatat terus mengalami angka peningkatan.

Ia menyebutkan, berdasarkan fakta di lapangan dan data riil baru-baru ini, hasil padi untuk gabah kering panen (GKP) di Indramayu mampu mencapai 7,8 ton per hektare.

"Setiap tahunnya sektor dan produksi pertanian di sini semakin bagus, hasilnya mencukupi, tidak ada hama lagi dan masalah kekurangan air yang selama ini kerap terjadi oleh Kementan sudah bisa diantisipasi," ujar Sutatang, dalam keterangan tertulis, Minggu (17/3/2019).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Hal lainnya, ia mengatakan, soal harga di tingkat petani sejauh ini dirasakan amat adil dan tidak bermasalah. Diakuinya, seperti untuk gabah dan beras masih sesuai standarisasi rata-rata harga pembelian pemerintah (HPP). Bahkan khususnya di Indramayu, menurutnya pembelian gabah dihargai di kisaran senilai Rp 4.000 sampai Rp 4.500 per kilogramnya.

"Harganya (gabah dan beras) masih bagus secara HPP. Nanti, bulan April, kita juga akan panen raya. Relatif di Indramayu tidak ada keluhan dari petaninya," ucap Sutatang.

Sutatang menuturkan, infrastruktur pertanian maupun kebutuhan benih, alat mesin pertanian (alsintan) telah cukup baik perhatiannya dari Kementan. Begitu juga untuk peternakan, misalnya terkait penggemukan hewan.

"Kementan secara intensif melakukan pembinaan dan pendampingan kepada para peternak mitra," jelasnya lagi.


Berdasarkan beberapa fakta dan data kondisi di lapangan tersebut, Sutatang mengimbau, jangan sampai ada segelintir orang mengaku sebagai petani Indramayu yang justru mengabarkan keburukan sektor pertanian di wilayahnya.

"Petani dan pertanian ini kan isu yang menarik buat dipelintir untuk kepentingan tertentu. Padahal kenyataannya berbanding terbalik dengan yang ditentangnya. Sebaiknya mereka turun ke lapangan, petani yang protes harus berbasis data objektivitas," papar Sutatang.

Selain itu, Ketua Umum KTNA Lampung Timur, Praptowo, mengungkapkan selama ini harga produksi dari berbagai komoditas pertanian masih adil dan sesuai dengan sarana produksi.

"Kementan hingga kini masih menyerap aspirasi petani di Lampung Timur. Apa yang sesuai dengan kebutuhan petani dan pertanian di sini. Ibaratnya, masih mengikuti kemauan petani untuk memperoleh hasil terbaik," kata Praptowo.

Praptowo menilai untuk harga padi sejauh ini terbilang cukup. Harga rata-rata dipatok di angka kisaran Rp 4.300 sampai Rp 5.000 per kilogram.

Dari sektor jagung harga juga masih dibeli dengan tingkat wajar rata-rata, antara Rp 3.700 hingga Rp 4.500 per kilogramnya. Praptowo mengungkapkan, pembelian jagung dengan harga Rp 3.500 per kilogram saja sudah membuat petani untung berlimpah.

"Makanya, di Lampung Timur barusan saja panen jagung dapat 13 ton per hektare. Dulu biasanya itu 8 sampai 10 ton per hektare panen jagung. Ini peningkatan luar biasa," ungkap Praptowo.

Praptowo membeberkan, dengan produksi panen jagung hingga 13 ton per hektare tersebut dapat memberikan dampak kesejahteraan yang tinggi terhadap petani.

"Coba cerna saja, panen 1 hektare jagung saja itu bisa setara untung Rp 50 juta. Itu dari mulai tanam sampai panennya," ujar Praptowo.

Praptowo menuturkan, soal distribusi alsintan, pupuk organik, benih serta infrastruktur juga nyata diwujudkan Kementan terhadap petani di Lampung Timur. (mul/mpr)

Hide Ads