Acara tersebut dihadiri oleh perempuan dari berbagai profesi, mulai dari yang bergerak di bidang politik, sosial, hingga ekonomi, salah satunya adalah Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Kamdani.
Saat memberi paparan, Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu mengatakan potensi kerugian finansial berdasarkan Riset McKinsey sebesar US$ 12 triliun dalam skala dunia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tentunya, US$ 12 triliun ini bukanlah angka yang kecil. Bila dirupiahkan dengan kurs Rp 14.000, maka nilainya adalah Rp 168.000 triliun. Sri Mulyani membandingkannya dengan GDP di 3 negara maju, yaitu Jerman, Jepang dan Inggris.
"Kayak (riset) McKinsey US$ 12 triliun kita (dunia) bisa losing. Dengan angka itu GDP 3 negara tadi, wah banyak sekali ya kerugian," paparnya.
Namun kesetaraan gender ini menurutnya isu yang tak mudah untuk dibenahi. Pasalnya berdasarkan riset McKinsey butuh 106 tahun.
"Studi McKinsey bicara tentang kesetaraan dibutuhkan lebih dari 106 tahun untuk kita bisa mengejar gender equality (kesetaraan gender) di bidang ekonomi, politik sosial," sebutnya.
Tak sekadar itu, dengan terciptanya kesetaraan gender, lanjut Sri Mulyani bisa menciptakan potensi finansial senilai US$ 4,5 triliun dalam skala Asia Pasifik.
"Asia Pasifik saja seandainya gender equality bisa ditambah we are thinking about US$ 4,5 triliun value yang bisa di-create. Kita bicara soal potensi yang sangat berpotensi, potensi manfaat yang nilainya nggak trivial, nggak sepele, it's really big," tambahnya.
Tonton juga video Sri Mulyani Tegaskan BLU Bukan Untuk Cari Keuntungan: