Gubernur BI Perry Warjiyo memperkirakan pertumbuhan ekonomi di kuartal I tahun ini juga masih berada di atas 5% yakni 5,2%.
"Faktornya apa? Karena konsumsi swasta dan konsumsi lembaga non rumah tangga," ujarnya di Gedung BI, Jakarta, Jumat (22/3/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Bunga Acuan BI Diramal Tetap 6% |
Sementara dari sisi pemerintah, stimulus fiskal yang diberikan melalui bansos cukup berpengaruh terhadap daya beli masyarakat. Sehingga bisa menopang pertumbuhan ekonomi di kuartal I-2019.
"Daya beli masyarakat untuk konsumsi rumah tangga akan relatif tinggi di triwulan satu," ujarnya.
Untuk motor pertumbuhan ekonomi lainnya, yakni investasi, BI menilai kondisi masih lambat seperti pada pola di tahun-tahun sebelumnya.
"Tapi akan meningkat di triwulan berikutnya. Investasi akan tinggi. Pertumbuhan ekonomi yang 5,2% di triwulan satu didukung kuatnya konsumsi rumah tangga maupun pemerintah dan relatif baik dan meskipun pertumbuhan investasi lebih rendah dibandingkan triwulan satu," ujarnya.
Dari sisi nilai tukar, rupiah belakangan ini mengalami penguatan. Penguatan ini juga didorong dengan melemahnya dolar AS akibat The Fed menahan suku bunga acuannya.
Menurut Perry penyebab lain penguatan rupiah juga disebabkan adanya arus masuk modal asing ke pasar modal dan surat berharga negara (SBN) yang mencapai US$ 6,3 miliar hingga akhir Februari 2019.
Jika dilihat dari portofolionya, modal asing yang masuk ke pasar mosal mencapai Rp 11,9 triliun dan SBN sebesar Rp 62,5 triliun.
"Itu menunjukkan confindent terhadap Indonesia. Itu bagus dan masuknya investasi portofolio ke Indonesia dan itu sebagai faktor nilai tukar rupiah stabil dan kondisi ekonomi kita," tutupnya.