Tolong! Petani Pala di Madapolo Butuh Binaan Jaga Kualitas Ekspor

Tolong! Petani Pala di Madapolo Butuh Binaan Jaga Kualitas Ekspor

Mustiana Lestari - detikFinance
Senin, 25 Mar 2019 10:45 WIB
Foto: Agung Pambudhy/detikcom
Halmahera Selatan - Siang itu, di sebuah rumah berlantai dua, Sri Wahyuni (37), sang pengepul pala sibuk memilih butir-butir pala yang dibiarkan terhampar di lantai rumahnya. Dengan cekatan, beberapa buah pala disisihkan. Buah pala itu sedikit menghitam dengan lubang-lubang di sekitarnya.

"Kalau gugur muda hasilnya itu ada lubang-lubang. Kalau gugur 3-4 hari biasanya pecah karena pengaruh cuaca" kata Sri memulai ceritanya, Madapolo, Halmahera Selatan, Rabu (6/3/2019).

Belakangan ini Sri sedang dibuat pusing dengan fenomena gugur muda ribuan pohon pala milik para petani. Apalagi dia pun belum tahu solusi tepat untuk mengatasi masalah tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Gugur muda itu belum panen sudah jatuh buah pala. Itu tak tahu pengaruh apa, saya lagi pusing sekarang. Saya pernah mengeluh tapi dari dinas belum ada solusi," curhatnya.


Sri pantas saja berkeluh kesah karena hampir 25% pohon di Madapolo mengalami gugur muda. Hal itu membuat pasokan ke Multi Trans Sulawesi menjadi sulit. Ditambah, perusahaan tersebut mengekspornya ke Eropa dan India yang membuatnya harus menjaga kualitas pala yang dikirim.

"Saya harus kerja keras jaga kualitas. Apalagi belum ada pembinaan dari pemerintah," tandas Sri.

Oleh karena itu, dia pun harus turun ke lokasi pertanian pala untuk menyosialisasikan pala kualitas ekspor, seperti harus tanpa jamur dan hancur. Sebab, harga pala tersebut turun dan hanya bisa dipakai untuk konsumsi dalam negeri saja.

Dalam sebulan, Sri mengaku bisa mengirim 3 ton pala per bulan ke Multi Trans Sulawesi untuk diekspor ke berbagai negara dengan harga Rp 85 ribu dan untung Rp 1.500-1.000 per kilo.

Keluhan pala gugur muda juga dialami langsung oleh petani pala Madapolo, Iswan (25). Iswan mengaku sempat rajin membersihkan lingkungan pohon pala untuk mencegah gugur muda. "Tapi tetap saja masih gugur. Kami tidak tahu solusinya gimana?" keluhnya.

Dia mengaku banyak mitos juga yang membuatnya bingung seputar gugur muda. Beruntung dengan menjualnya kepada Sri, pala hasil kebun Iswan masih bisa terjual. "Memang saya sudah bergantung dengan ibu sudah dari 2011. Untungnya harga nggak jauh-jauh naik turunnya," terang Iswan.

Bukan cuma masalah gugur muda, Iswan pun meminta dibina oleh dinas terkait agar mengetahui penanaman pohon pala agar efektif berbuah.

"Pala itu dari bibit tumbuh 2 tahun, 1 kali tanam langsung berbuah. Kita mengenalnya ada pala cewek dan cowok. Kalau pala cewek berbuah, kalau pala cowok tidak. Kadang kita sudah tunggu-tunggu ternyata pala cowok yang tumbuh jadi harus ditebang tanam lagi. Gimana caranya supaya kita ini enggak pusing tanam tebang," ungkapnya memelas.


Sementara dalam menyimpan jerih parahnya dari berjualan pala, Sri memilih menabung di Bahtera Seva III. Dengan adanya bank terapung dari Bank BRI itu ia merasa terbantu karena tak perlu pergi ke Labuha, Pulau Bacan.

"Sekarang rata-rata sudah punya tabungan tinggal transfer Rp 30-20 juta nggak perlu ambil uang banyak untuk beli pala mereka," tutup Sri.

Sebagai informasi, Teras BRI Kapal Bahtera Seva III atau sering disebut Bahtera Seva melayani perbankan di sekitar Halmahera Selatan, Maluku Utara.

Bank terapung ini beroperasi selama 4 hari setiap minggu yang mempunyai rute Pulau Bacan (homeport), Pulau Batang Lomang, Mandioli, Madapolo, Pasipalele, Saketa, Kayoa, lalu kembali lagi ke homeport. Adapun jadwal pelayarannya dari Selasa hingga Jumat. Baca berita lainnya mengenai Teras BRI Kapal Bahtera Seva di Ekspedisi Bahtera Seva.


[Gambas:Video 20detik]

(prf/hns)

Hide Ads