Melihat Kesiapan Operasi Bandara Kulon Progo

Wawancara Dirut Angkasa Pura I

Melihat Kesiapan Operasi Bandara Kulon Progo

Ardan Adhi Chandra - detikFinance
Rabu, 27 Mar 2019 08:13 WIB
Melihat Kesiapan Operasi Bandara Kulon Progo
Foto: Ardan Adhi Chandra
Jakarta - Bandara Kulon Progo atau New Yogyakarta International Airport (NYIA) ditargetkan beroperasi April 2019 atau bulan depan. Bandara NYIA nantinya langsung melayani penerbangan rute internasional.

Direktur Utama PT Angkasa Pura I (Persero) Faik Fahmi menjelaskan progres terkini pembangunan NYIA. Kesiapan operasi untuk melayani penerbangan internasional juga dikebut agar selesai bulan depan.


Awalnya, seluruh penerbangan internasional di Bandara Internasional Adisutjipto dialihkan ke NYIA. Maskapai lain juga disebut banyak yang tertarik melayani rute penerbangan dari dan ke NYIA.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain pengembangan Bandara NYIA, Faik juga membeberkan rencana pengoperasian dan pengembangan bandara. Dengan demikian, jumlah bandara yang akan dikelola AP I nantinya bertambah.

Berikut petikan wawancara lengkap detikFinance dengan Faik Fahmi selaku Direktur Angkasa Pura I seperti ditulis Rabu (27/3/2019).
Bandara Kulon Progo bulan depan beroperasi, saat ini progresnya seperti apa?
Jadi gini, kalau bicara secara keseluruhan, proyek ini sesuai kontrak dengan PP konsorsium kan akan selesai Juni di 2020 sesuai kontrak. Tapi kita memiliki keyakinan dan komitmen dengan pihak PP bahwa ini sudah akan bisa diselesaikan 100% maksimum di bulan Desember 2019 maksimum. Tapi saya lagi coba mengupayakan di bulan Oktober 2019 sudah bisa. Tapi maksimum sudah akan selesai 100% di bulan Desember 2019.

Nah yang terkait dengan bulan April ini, sebenarnya itu baru selesai 50%. tapi selesai 50% artinya adalah runway, apron sudah 100%. Jadi kita kan bangun runway sekitar 3.250 meter. Sudah bisa kita selesaikan 100%.

Nah yang terminalnya itu baru selesai 12.900 dari total keseluruhan terminal itu ada berapa luasan sekitar 200.000an. Dengan kondisi yang seperti itu sudah sebenarnya bisa dimanfaatkan kegiatan operasional.

Persoalan yang muncul kenapa kita upayakan April bisa dimanfaatkan karena memang kembali lagi soal muncul Adisutjipto padat banget. Adisutjipto itu kapasitas per tahunnya itu untuk 1,3 juta penumpang sekarang ini penumpang mendekati 8 juta. Jadi apa yang harus kita lakukan adalah mencoba mengurangi kepadatan di Adisutjipto sehingga opsi yang kita lakukan adalah mengalihkan penerbangan internasional ke Kulon Progo.

Seluruh penerbangan internasional di Adisutjipto pindah ke Kulon Progo?
Nantinya arahnya akan seperti itu sehingga Adisutjipto nanti akan kita kembangkan untuk, tetap akan kita operasikan. Secara bertahap internasional akan kita pindahkan ke Kulon Progo.

Beroperasi April tepatnya tanggal berapa?
Kalau masalah waktunya itu tergantung hasil verifikasi dari Kementerian Perhubungan. Rencana di tanggal 1 sampai 3 April verifikasi oleh Kementerian Perhubungan kesiapan semuanya dari airside, landside, bangunan penunjangnya.

Saya sih menargetkan tanggal 7 April ini adalah penyelesaian jadi seluruh pembangunan, untuk penerbangan internasional. Saya nggak mau ambil istilah minimum operasi kesannya jadi minimum standar padahal ini hanya masalah ukuran aja gitu. Jadi saya mengharapkan nanti tanggal 7 April itu sudah siap dan memenuhi syarat dari Kementerian Perhubungan untuk dilakukan penerbangan internasional.

Tapi mengenai waktu pengoperasiannya itu, tidak mesti tanggal 7. Sebenarnya bisa saja di atas tanggal 20 yang penting di bulan April. Keputusan bahwa April nanti mengacu dari rekomendasi Kementerian Perhubungan, yang penting tugas kita menyiapkan sesuai dengan penerbangan internasional.

April untuk internasional saja?
Iya, sementara (domestik) masih di Adisutjipto. Ini akan menambah kapasitas di Adisutjipto untuk penerbangan domestik karena saya mengantisipasi Lebaran Juni awal. Kalau Lebaran kan selalu sangat padat, jadi harapannya kalau internasional nggak ada jadi kapasitas di Adisutjipto itu bisa dimanfaatkan untuk yang domestik.

Gambaran operasi Kulon Progo nanti seperti apa?
Yang jelas gini, saya memindahkan dari eksisting penerbangan Adisutjipto ke Kulon Progo kalau nggak salah ada 6 penerbangan per hari. Harapan saya nanti ada penerbangan internasional yang dengan menggunakan pesawat besar diharapkan menangkut turis untuk bisa landing di situ juga, karena dengan runway 3.250 meter itu bisa didarati oleh pesawat terbesar pun terberat pun.

Kelebihannya di Kulon Progo ini adalah panjang runwaymya 3.250 meter itu lebih panjang dari Ngurah Rai. Kemudian dari sisi kekuatan landasannya PCN istilahnya itu 107 jauh lebih baik daripada Bali maupun Soekarno Hatta. Jadi kalau ada pesawat internasional yang terberat kemudian terbesar mau masuk di Kulon Progo sudah bisa diakomodir.

Yogya ini kan sebenarnya daerah potensial yang untuk kegiatan pariwisata, jadi harapannya segera dimanfaatkan runway yang sangat layak ini untuk bisa mendatangkan turis lebih banyak lagi secepat mungkin. Ini lah yang sudah kami komunikasikan dengan airline. Saya sudah komunikasi dengan Garuda, Garuda di bulan April ini ada chrtered dari China yang nanti menggunakan pesawat besar yang akan mendarat di sana.

6 penerbangan per hari internasional dialihkan dari Adisutjipto ke Kulon Progo maskapainya apa aja?
Kalau yang sekarang ini AirAsia sama Silk Air.

Rutenya dari mana aja?
Dari Kuala Lumpur ke Adisutjipto dan dari Singapura.

Nanti April benar-benar Adisutjipto domestik aja sedangkan Kulon Progo Internasional?
Iya

Ada kemungkinan Kulon Progo melayani penerbangan domestik juga?
Nanti kalau pembangunannya sudah selesai 100% semuanya akan pindah. Adisutjipto akan kita operasikan di bawah pengendalian AP I tapi ini akan kita atur untuk penerbangan jarak pendek menggunakan pesawat propeller. Jadi misalnya kan sekarang ada rute Kertajati dari atau mungkin dari Bandung dari Cirebon, dari kota-kota yang terdekat yang menggunakan pesawat propeller, jadi dua sisi tetap kita layani.

Tapi untuk yang domestik secara keseluruhan yang menggunakan pesawat Boeing itu semuanya nanti kita operasikan di Kulon Progo.

Bandara Kulon Progo bulan depan beroperasi, saat ini progresnya seperti apa?
Jadi gini, kalau bicara secara keseluruhan, proyek ini sesuai kontrak dengan PP konsorsium kan akan selesai Juni di 2020 sesuai kontrak. Tapi kita memiliki keyakinan dan komitmen dengan pihak PP bahwa ini sudah akan bisa diselesaikan 100% maksimum di bulan Desember 2019 maksimum. Tapi saya lagi coba mengupayakan di bulan Oktober 2019 sudah bisa. Tapi maksimum sudah akan selesai 100% di bulan Desember 2019.

Nah yang terkait dengan bulan April ini, sebenarnya itu baru selesai 50%. tapi selesai 50% artinya adalah runway, apron sudah 100%. Jadi kita kan bangun runway sekitar 3.250 meter. Sudah bisa kita selesaikan 100%.

Nah yang terminalnya itu baru selesai 12.900 dari total keseluruhan terminal itu ada berapa luasan sekitar 200.000an. Dengan kondisi yang seperti itu sudah sebenarnya bisa dimanfaatkan kegiatan operasional.

Persoalan yang muncul kenapa kita upayakan April bisa dimanfaatkan karena memang kembali lagi soal muncul Adisutjipto padat banget. Adisutjipto itu kapasitas per tahunnya itu untuk 1,3 juta penumpang sekarang ini penumpang mendekati 8 juta. Jadi apa yang harus kita lakukan adalah mencoba mengurangi kepadatan di Adisutjipto sehingga opsi yang kita lakukan adalah mengalihkan penerbangan internasional ke Kulon Progo.

Seluruh penerbangan internasional di Adisutjipto pindah ke Kulon Progo?
Nantinya arahnya akan seperti itu sehingga Adisutjipto nanti akan kita kembangkan untuk, tetap akan kita operasikan. Secara bertahap internasional akan kita pindahkan ke Kulon Progo.

Beroperasi April tepatnya tanggal berapa?
Kalau masalah waktunya itu tergantung hasil verifikasi dari Kementerian Perhubungan. Rencana di tanggal 1 sampai 3 April verifikasi oleh Kementerian Perhubungan kesiapan semuanya dari airside, landside, bangunan penunjangnya.

Saya sih menargetkan tanggal 7 April ini adalah penyelesaian jadi seluruh pembangunan, untuk penerbangan internasional. Saya nggak mau ambil istilah minimum operasi kesannya jadi minimum standar padahal ini hanya masalah ukuran aja gitu. Jadi saya mengharapkan nanti tanggal 7 April itu sudah siap dan memenuhi syarat dari Kementerian Perhubungan untuk dilakukan penerbangan internasional.

Tapi mengenai waktu pengoperasiannya itu, tidak mesti tanggal 7. Sebenarnya bisa saja di atas tanggal 20 yang penting di bulan April. Keputusan bahwa April nanti mengacu dari rekomendasi Kementerian Perhubungan, yang penting tugas kita menyiapkan sesuai dengan penerbangan internasional.

April untuk internasional saja?
Iya, sementara (domestik) masih di Adisutjipto. Ini akan menambah kapasitas di Adisutjipto untuk penerbangan domestik karena saya mengantisipasi Lebaran Juni awal. Kalau Lebaran kan selalu sangat padat, jadi harapannya kalau internasional nggak ada jadi kapasitas di Adisutjipto itu bisa dimanfaatkan untuk yang domestik.

Gambaran operasi Kulon Progo nanti seperti apa?
Yang jelas gini, saya memindahkan dari eksisting penerbangan Adisutjipto ke Kulon Progo kalau nggak salah ada 6 penerbangan per hari. Harapan saya nanti ada penerbangan internasional yang dengan menggunakan pesawat besar diharapkan menangkut turis untuk bisa landing di situ juga, karena dengan runway 3.250 meter itu bisa didarati oleh pesawat terbesar pun terberat pun.

Kelebihannya di Kulon Progo ini adalah panjang runwaymya 3.250 meter itu lebih panjang dari Ngurah Rai. Kemudian dari sisi kekuatan landasannya PCN istilahnya itu 107 jauh lebih baik daripada Bali maupun Soekarno Hatta. Jadi kalau ada pesawat internasional yang terberat kemudian terbesar mau masuk di Kulon Progo sudah bisa diakomodir.

Yogya ini kan sebenarnya daerah potensial yang untuk kegiatan pariwisata, jadi harapannya segera dimanfaatkan runway yang sangat layak ini untuk bisa mendatangkan turis lebih banyak lagi secepat mungkin. Ini lah yang sudah kami komunikasikan dengan airline. Saya sudah komunikasi dengan Garuda, Garuda di bulan April ini ada chrtered dari China yang nanti menggunakan pesawat besar yang akan mendarat di sana.

6 penerbangan per hari internasional dialihkan dari Adisutjipto ke Kulon Progo maskapainya apa aja?
Kalau yang sekarang ini AirAsia sama Silk Air.

Rutenya dari mana aja?
Dari Kuala Lumpur ke Adisutjipto dan dari Singapura.

Nanti April benar-benar Adisutjipto domestik aja sedangkan Kulon Progo Internasional?
Iya

Ada kemungkinan Kulon Progo melayani penerbangan domestik juga?
Nanti kalau pembangunannya sudah selesai 100% semuanya akan pindah. Adisutjipto akan kita operasikan di bawah pengendalian AP I tapi ini akan kita atur untuk penerbangan jarak pendek menggunakan pesawat propeller. Jadi misalnya kan sekarang ada rute Kertajati dari atau mungkin dari Bandung dari Cirebon, dari kota-kota yang terdekat yang menggunakan pesawat propeller, jadi dua sisi tetap kita layani.

Tapi untuk yang domestik secara keseluruhan yang menggunakan pesawat Boeing itu semuanya nanti kita operasikan di Kulon Progo.

Persentase progres proyek Bandara Kulon Progo sekarang berapa?
Ini progres tiap minggu berubah. Jadi per tanggal 24 Maret itu ini sudah 87% untuk pengoperasian internasional di bulan April, tapi untuk penyelesaian keseluruhan 100% itu per 24 maret 42%.

Untuk airside ini kan ada runway sepanjang 3.250 meter kemudian ada apron ada 3 exit taxiway, ada 2 rapid exit taxyway, taxiway apron dan 4 holding bay nanti di April sudah selesai semua.

Terminalnya di bulan April ini selesainya 12.920 meter persergi dari total luasan terminal yang full operation 100% itu 210.000 meter persegi Desember maksimum.

Investasinya berapa untuk pembangunan Bandara Kulon Progo sendiri?
Pembebasan tanahnya kan kita sudah keluar Rp 4,2 triliun. Aman beres semua. Sekarang ini untuk pembangunan landside dan termasuk juga bangunan pendukung itu sekitar Rp 6,7 triliun.

Pembangunan bandara ini untuk mengakomodir penumpang yang sudah padat di Bandara Adisutjipto?
Persoalan yang dihadapi Adisutjipto ini masalah lack of capacity. Seharusnya kota sekelas Yogyakarta ini harus memiliki bandara lebih layak lagi untuk menampung penerbangan-penerbangan baik internasional maupun domestik.

Seharusnya bandara semacam Kulon Progo ini sudah harus dibangun di Yogyakarta 10 tahun yang lalu kalau menurut saya. Sekarang sebetulnya sudah agak terlambat sehingga yang muncul sekarang ini adalah pertama tidak bisa mengakomodir dinamika kebutuhan masyarakat terkait jasa transportasi udara. Dampak yang ditimbulkan adalah dari aspek safety, security, kenyamanan juga tidak bisa maksimum karena bandaranya kecil cenderung crowded. Dan yang lebih parahnya lagi adalah pengaturan take off landing karena kalau berdasarkan pengalaman kita di-hold di atas sampai 40 menit.

Itu sudah menimbulkan ketidaknyamanan karena di-hold-nya terlalu lama. Ini ada unsur safety juga, saya kira ini harus diselesaikan dengan membangun bandara yang lebih representatif dan juga bisa membantu pertumbuhan ekonomi di Yogyakarta ya karena secara teori ini kan dengan adanya bandara mendorong pertumbuhan ekonomi.

Harapannya nanti dengan adanya bandara di Kulon Progo ini adalah benar-benar bisa menopang segala aktivitas untuk membuat Yogyakarta itu menjadi lebih berkembang lagi. Saya melihatnya gini, Yogyakarta ini kan kota turis ya, turis yang datang ke Yogyakarta juga tidak rutin terkait masalah akses. Turis yang dari luar negeri tidak bisa langsung masuk dengan adanya keterbatasan di Adisutjipto.

Walaupun mereka masuk, mereka masuk dengan pesawat yang kecil. Harapan saya nanti karena ada Kulon Progo dengan kapasitas yang bisa menampung pesawat besar, harapannya adalah penerbangan-penerbangan internasional yang mengangkut turis dengan pesawat besar itu segera mendarat di Kulon Progo. Sehingga dampak yang ditimbulkan adalah tentu saja akan mendorong kembali kegiatan tourism. Hotel penuh algi, restoran ramai lagi, jasa yang terkait dengan transportasi juga akan menggeliat lagi.

Ini lah yang saya kira bisa membantu mendorong pertumbuhan ekonomi di Yogyakarta dengan kegiatan aktivitas tersebut. Sehingga apa yang kita lakukan dengan sudah siapnya nanti Kulon Progo saya coba akan mengkonsolidasi seluruh stakeholder yang terkait dengan kegiatan tersebut. Kita akan membuat CDD, colaborative destination development. Jadi saya akan mengumpulkan seluruh stakeholder terkait pariwisata membangkitkan kembali pariwisata yang ada di Yogyakarta.

Paling tidak masing-masing objek wisata yang nanti diharapkan akan segera didatangi oleh turis mereka juga sudah harus siap dengan fasilitas yang ada, layanan yang ada di sana. Jangan sampai misalnya karena lokasi turisnya sudah lama tidak dikunjungi oleh pengunjung jadi cenderungnya berdebu lah, tidak bersih lah, fasilitasnya kurang, jadi ini harapan saya bisa dipercantik.

Dan saya juga harapkan mereka buat event-event yang membuat orang akan mau balik lagi, kesiapan hotelnya, kesiapan transportnya dan saya kira perlu ada program bisa membangkitkan kegiatan turis di Yogya. Jadi bikin event-event yang bisa meningkatkan daya tarik yagn ada sekarang.

Maskapai yang tertarik untuk melayani penerbangan dari Kulon Progo baru dua tadi AirAsia sama Silk Air?
Itu dari yang eksisting Adisutjipto.

April Adisutjipto off untuk internasional dialihkan semuanya ke Kulon Progo?
Iya, plus nanti adalah untuk yang chartered. Kalau sudah 100% diharapkan yang reguler penerbangan pesawat besar dari internasional.

Dari Garuda sendiri sejauh ini kita sudah berkomunikasi cukup intens. Garuda juga merencanakan akan membuka rute ke Adisutjipto dari internasional. Kemarin yang diinfo secara lisan ke saya pesawat dari China chartered bawa turis dari China yang nanti akan masuk.

Kita juga sudah sounding ke beberapa airline internasional dan responsnya cukup positif, minat awal sudah sangat tinggi. Pertama airline-airline dari Timur Tengah, airline-airline dari China dari Korea dari Eropa itu mereka berminat. Nanti kita akan undang untuk melihat secara langsung dan kita juga akan berikan satu stimulus untuk mendorong mereka untuk membuka rute ke situ.

Kalau tahap awal mungkin memberi diskon landing fee atau bahkan landing fee-nya saya free-kan dulu yang penting mereka bisa operasikan ke situ.

Persentase progres proyek Bandara Kulon Progo sekarang berapa?
Ini progres tiap minggu berubah. Jadi per tanggal 24 Maret itu ini sudah 87% untuk pengoperasian internasional di bulan April, tapi untuk penyelesaian keseluruhan 100% itu per 24 maret 42%.

Untuk airside ini kan ada runway sepanjang 3.250 meter kemudian ada apron ada 3 exit taxiway, ada 2 rapid exit taxyway, taxiway apron dan 4 holding bay nanti di April sudah selesai semua.

Terminalnya di bulan April ini selesainya 12.920 meter persergi dari total luasan terminal yang full operation 100% itu 210.000 meter persegi Desember maksimum.

Investasinya berapa untuk pembangunan Bandara Kulon Progo sendiri?
Pembebasan tanahnya kan kita sudah keluar Rp 4,2 triliun. Aman beres semua. Sekarang ini untuk pembangunan landside dan termasuk juga bangunan pendukung itu sekitar Rp 6,7 triliun.

Pembangunan bandara ini untuk mengakomodir penumpang yang sudah padat di Bandara Adisutjipto?
Persoalan yang dihadapi Adisutjipto ini masalah lack of capacity. Seharusnya kota sekelas Yogyakarta ini harus memiliki bandara lebih layak lagi untuk menampung penerbangan-penerbangan baik internasional maupun domestik.

Seharusnya bandara semacam Kulon Progo ini sudah harus dibangun di Yogyakarta 10 tahun yang lalu kalau menurut saya. Sekarang sebetulnya sudah agak terlambat sehingga yang muncul sekarang ini adalah pertama tidak bisa mengakomodir dinamika kebutuhan masyarakat terkait jasa transportasi udara. Dampak yang ditimbulkan adalah dari aspek safety, security, kenyamanan juga tidak bisa maksimum karena bandaranya kecil cenderung crowded. Dan yang lebih parahnya lagi adalah pengaturan take off landing karena kalau berdasarkan pengalaman kita di-hold di atas sampai 40 menit.

Itu sudah menimbulkan ketidaknyamanan karena di-hold-nya terlalu lama. Ini ada unsur safety juga, saya kira ini harus diselesaikan dengan membangun bandara yang lebih representatif dan juga bisa membantu pertumbuhan ekonomi di Yogyakarta ya karena secara teori ini kan dengan adanya bandara mendorong pertumbuhan ekonomi.

Harapannya nanti dengan adanya bandara di Kulon Progo ini adalah benar-benar bisa menopang segala aktivitas untuk membuat Yogyakarta itu menjadi lebih berkembang lagi. Saya melihatnya gini, Yogyakarta ini kan kota turis ya, turis yang datang ke Yogyakarta juga tidak rutin terkait masalah akses. Turis yang dari luar negeri tidak bisa langsung masuk dengan adanya keterbatasan di Adisutjipto.

Walaupun mereka masuk, mereka masuk dengan pesawat yang kecil. Harapan saya nanti karena ada Kulon Progo dengan kapasitas yang bisa menampung pesawat besar, harapannya adalah penerbangan-penerbangan internasional yang mengangkut turis dengan pesawat besar itu segera mendarat di Kulon Progo. Sehingga dampak yang ditimbulkan adalah tentu saja akan mendorong kembali kegiatan tourism. Hotel penuh algi, restoran ramai lagi, jasa yang terkait dengan transportasi juga akan menggeliat lagi.

Ini lah yang saya kira bisa membantu mendorong pertumbuhan ekonomi di Yogyakarta dengan kegiatan aktivitas tersebut. Sehingga apa yang kita lakukan dengan sudah siapnya nanti Kulon Progo saya coba akan mengkonsolidasi seluruh stakeholder yang terkait dengan kegiatan tersebut. Kita akan membuat CDD, colaborative destination development. Jadi saya akan mengumpulkan seluruh stakeholder terkait pariwisata membangkitkan kembali pariwisata yang ada di Yogyakarta.

Paling tidak masing-masing objek wisata yang nanti diharapkan akan segera didatangi oleh turis mereka juga sudah harus siap dengan fasilitas yang ada, layanan yang ada di sana. Jangan sampai misalnya karena lokasi turisnya sudah lama tidak dikunjungi oleh pengunjung jadi cenderungnya berdebu lah, tidak bersih lah, fasilitasnya kurang, jadi ini harapan saya bisa dipercantik.

Dan saya juga harapkan mereka buat event-event yang membuat orang akan mau balik lagi, kesiapan hotelnya, kesiapan transportnya dan saya kira perlu ada program bisa membangkitkan kegiatan turis di Yogya. Jadi bikin event-event yang bisa meningkatkan daya tarik yagn ada sekarang.

Maskapai yang tertarik untuk melayani penerbangan dari Kulon Progo baru dua tadi AirAsia sama Silk Air?
Itu dari yang eksisting Adisutjipto.

April Adisutjipto off untuk internasional dialihkan semuanya ke Kulon Progo?
Iya, plus nanti adalah untuk yang chartered. Kalau sudah 100% diharapkan yang reguler penerbangan pesawat besar dari internasional.

Dari Garuda sendiri sejauh ini kita sudah berkomunikasi cukup intens. Garuda juga merencanakan akan membuka rute ke Adisutjipto dari internasional. Kemarin yang diinfo secara lisan ke saya pesawat dari China chartered bawa turis dari China yang nanti akan masuk.

Kita juga sudah sounding ke beberapa airline internasional dan responsnya cukup positif, minat awal sudah sangat tinggi. Pertama airline-airline dari Timur Tengah, airline-airline dari China dari Korea dari Eropa itu mereka berminat. Nanti kita akan undang untuk melihat secara langsung dan kita juga akan berikan satu stimulus untuk mendorong mereka untuk membuka rute ke situ.

Kalau tahap awal mungkin memberi diskon landing fee atau bahkan landing fee-nya saya free-kan dulu yang penting mereka bisa operasikan ke situ.

Kapasitas Bandara Kulon Progo berapa?
Kalau selesai 100% kan 14 juta penumpang per tahun. Keberadaan bandara di Kulon Progo ini akan benar-benar membuat Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) akan menjadi lebih istimewa dengan adanya ini karena manfaatnya banyak sekali.

Pertama, bisa mendorong kegiatan tourism yang tadi saya sampaikan. Kemudian kedua juga peluang untuk kargo, ekspor ke internasional lebih mudah lagi. Jadi produk-produk kerajinan, hasil bumi dari Yogyakarta ataupun dari Jawa Tengah bisa diekspor ke luar negeri dari Kulon Progo dengan menggunakan pesawat besar, artinya apa, kapasitasnya besar.

Kalau selama ini kan melalui Soekarno Hatta, melalui Denpasar jadi cenderung biaya logistiknya tinggi. Kalau ini kan bisa langsung ke luar negeri. Jadi peluang dari logistik juga cukup tinggi.

Terus manfaat lain yang penting lagi adalah bahwa keberadaan bandara ini tentu saja akan mendorong bisnis-bisnis yang terkait dari restoran, hotel, transportasi dan yang penting juga membuka banyak lapangan kerja baru.

Sebagai contoh, sekarang ini dalam tahap konstruksi aja kita sudah mempekerjakan sekitar 5.800 pekerja di area konstruksi dan dampak terhadap Kulon Progo secara langsung menurunkan tingkat pengangguran yang tadinya 4% sekarang turun menjadi 1,4%. Masyarakat yang ada di sekitar Kulon Progo.

Kalau dulu masyarakat Kulon Progo mencari pekerjaan ke luar Kulon Progo, bahkan keluar dari Yogya sekarang pekerjaannya datang dan ini dampak pengangguran turun signifikan. Kulon Progo yang dulu di antara kabupaten di bawah DIY ini tingkat penganggurannya tertinggi, sekarang jadi yang terendah hanya 1,4%.

Jadi ini salah satu dampak positif yang sudah mulai dirasakan oleh masyarakat di sana. Nah saya juga mencoba apa namanya, memberikan kesempatan kepada masyarakat di sekitar Kulon Progo untuk bisa memanfaatkan secara maksimum keberadaan bandara tersebut. Jadi yang kita lakukan adalah kita membangun dengan melalui program CSR yang namanya Balai Permberdayaan Masyarakat.

Kita memberikan pelatihan secara gratis untuk masyarkat di Kulon Progo yang terdampak oleh pembangunan bandara berupa pelatihan-pelatihan misalnya pelatihan bahasa Inggris, terus pelatihan untuk menjadi operator bagasi kendaraan yang ada di apron, kemudian pelatihan safety security bandara. Jadi harapannya adalah kesempatan pekerjaan yang muncul di Bandara Kulon Progo atau new Yogyakarta International Airport (NYIA) benar-benar dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat.

Saya tidak bisa menjanjikan semua terserap, tapi saya memberikan kesempatan peatihan yang kita berikan secara gratis agar mereka bisa benar-benar memiliki kompetensi yang dibutuhkan oleh bandara, karena yang akan beroperasi di situ kan nanti dari ground handling, dari airline. Jadi tidak sepenuhnya dikontrol AP I. Tapi paling nggak masyarakat sudah kita latih diharapkan mendapatkan prioritas untuk di situ.

Sekarang ini saya banyak menerima ucapan terima kasih dari masyarakat. Kalau pertama kali saya masuk AP I kan dulu setiap hari yang muncul complain-complain menolak. Sekarang ini berubah, yang muncul adalah ucapan terima kasih sudah merasakan. Padahal bandara belum beroperasi dan saya memperhitungkan nanti saat pengoperasian secara 100% ada 15.000 tenaga kerja. Dampaknya luar biasa buat Yogya.

Dari segi aksesibilitas sendiri ke Bandara Kulon Progo bagaimana?
Jadi memang faktor accesibility menjadi salah satu kunci keberhasilan sebuah bandara. Nah, untuk yang di New Yogyakarta International Airport (NYIA) ini rencana nanti ada kereta bandara yang langsung berhenti di bandara. Itu direncanakan akan diselesaikan di tahun 2020.

Udah mulai konstruksi?
Prosesnya udah di lagi dijalankan akan, itu rencananya 2020 selesai tapi untuk bridging sebelum kereta bandara bisa dioperasikan langsung masuk ke dalam terminal, kita juga sekarang ini sedang memanfaatkan di Wojo. Jadi nanti rencana kan akses moda transportasi dari jalur lingkar selatan ada dua jalur kereta yaitu dari Stasiun Maguwo, Stasiun Tugu kemudian Wojo. Dari Stasiun Wojo kita siapin kendaraan Damri menuju bandara, sekitar 10 menit.

Saya udah coba keretanya dan sangat nyaman dari Wojo ke terminal 10 mneit dan kita udah siapin. Itu tahap awal accesibility menggunakan kereta api. Dan kita harapkan kereta tersedia 15 menit sekali.

Rute kereta bandaranya mana aja?
Dari Maguwo-Stasiun Tugu terus ke Kedundang. Kalau masuk ke bandara dari Kedundang, dari Kedundang langsung ke bandara. Kalau sekarang Wojo dulu, karena Wojo yang paling dekat dengan, tapi nanti yang akan masuk ke dalam bandara adalah dari Maguwo-Tugu-Stasiun Kedundang langsung masuk.

Di samping itu, Damri juga sudah menyiapkan kendaraan bus yang akan dioperasikan secara reguler dari titik-titik yang potensial memanfaatkan Bandara Kulon Progo. Misalnya dari Yogyakarta langsung ke Kulon Progo, dari Purworejo, kemudian dari objek wisata Borobudur dan lain sebagainya dan ini sudah mulai disiapkan. Damri sudah menyiapkan armada teramsuk shuttle dari Wojo ke bandara itu sudah.

Khawatir nggak nanti bandaranya sepi seperti di Kertajati?
Jadi persoalannya berbeda dengan yang di Majalengka, Kertajati. Pembangunan di Kulon Progo ini sifatnya karena memang kebutuhan yang sangat mendesak kesediaan jasa transportasi udara yang ada di Yogya, kebutuhan yang mendesak, dan saya kira beda dengan, beda sekali dengan yang di Majalengka dan accesibility itu menjadi salah satu catatan tapi kita sudah siapkan solusi yang baik dan ini juga membuka opportunity dari wilayah Jawa Tengah, Purworejo dan sebagainya kalau selama ini mereka harus ke Yogyakarta, sekarang malah makin dekat.

Jadi walaupun dari Yogyakarta menjadi semakin jauh, tapi di sekitar juga terbuka traffic baru atau market baru. Jadi saya kira ini opportunitynya besar dan beda kasusnya.

Mengenai ancaman gempa dan tsunami di Bandara Kulon Progo?
Jadi sebenarnya terhadap tsunami kita sudah melakukan mitigasi risiko. Jadi dari Angkasa Pura I telah membahas risiko terkait dengan tsunami maupun bencana alam dengan pakar dan akademisi termasuk memanfaatkan pakar dari Jepang. Kita sudah membuat simulasi gempa dan tsunami di bandara tersebut. Jadi saat ini bandara sudah dilakukan mitigasi terhadap kemungkinan tsunami dan lain sebagainya kondisinya aman, yang penting adalah mitigasinya.

Jadi kalau dilihat dari runway atau landasan pacu kan dibuat ketinggiannya 7,4 meter di atas permukaan laut dan jarak dari bibir pantai 400 meter dan dari terminal 9,25 meter dan jarak dari laut sekitar 1,2 kilometer (km). Jadi gedung di bandara tersebut, terminal itu kita bangun konstruksinya dirancang untuk menahan gempa yang berkekuatan hingga skala 8,8 richter ya dan konstruksinya juga tetap kokoh sekalipun diterjang gelombang tsunami. Jadi sudah dimitigasi, sudah dipastikan bahwa ini akan aman dengan 8,8 skala richter dengan pusat gempa ada di Kulon Progo.

Jadi boleh dikatakan terminal yang kita bangun di Kulon Progo itu bangunan yang paling aman di Yogya kalau misalnya nanti kemungkinan terjadi bencana. Nah, karena pertama dari sisi kekuatannya karena dirancang bisa tahan gempa dan tsunami sehingga penumpang juga akan aman. Nah, lantai 2 di terminal tersebut tingginya 6 meter dari lantai dasar, bisa dipakai tempat evakuasi dan gedung terminal ini dilengkapi dengan konstruksi certified column atau kolom yang dikorbankan ketika misalnya nanti terjadi gempa. Hal lain lagi, kita juga siapkan gedung crisis center yang bisa berfungsi sebagai tempat evakuasi sementara bagi orang-orang dalam bandara atau orang sekitar bandara. Jadi sudah sangat kita antisipasi terhadap, kita melibatkan pakar tsunami juga dari Jepang.

Kalau banjir kemarin bagaimana pak?
Jadi memang kan kemarin terjadi hujan yang terus-menerus mulai Sabtu sampai Senin pagi. Jadi memang beberapa wilayah di Yogya kan tergenang termasuk Bandara Adisutjipto sempat ditutup karena memang visibility untuk take off landing itu tidak dimungkinkan karena memang saking derasnya hujan dan memang di Kulon Progo terjadi beberapa genangan di Jalan Daendels apa yang menuju ke akses bandara. Tapi di lokasi terminal, lokasi bandara yang kita bangun malah tidak sama sekali. Bahkan di runway kering langsung.

Itu sekaligus untuk menguji kualitas runway kita dan kita sangat happy tiga hari hujan langsung kering salah satu ini yang bagus. Nah, memang muncul di berita dan itu benar-benar disampaikan secara tidak bertanggung jawab ya karena memang foto yang ditampilkan bukan foto di Kulon Progo dan kemudian isi beritanya sama sekali tidak, wartawannya sudah minta maaf.

Kapasitas Bandara Kulon Progo berapa?
Kalau selesai 100% kan 14 juta penumpang per tahun. Keberadaan bandara di Kulon Progo ini akan benar-benar membuat Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) akan menjadi lebih istimewa dengan adanya ini karena manfaatnya banyak sekali.

Pertama, bisa mendorong kegiatan tourism yang tadi saya sampaikan. Kemudian kedua juga peluang untuk kargo, ekspor ke internasional lebih mudah lagi. Jadi produk-produk kerajinan, hasil bumi dari Yogyakarta ataupun dari Jawa Tengah bisa diekspor ke luar negeri dari Kulon Progo dengan menggunakan pesawat besar, artinya apa, kapasitasnya besar.

Kalau selama ini kan melalui Soekarno Hatta, melalui Denpasar jadi cenderung biaya logistiknya tinggi. Kalau ini kan bisa langsung ke luar negeri. Jadi peluang dari logistik juga cukup tinggi.

Terus manfaat lain yang penting lagi adalah bahwa keberadaan bandara ini tentu saja akan mendorong bisnis-bisnis yang terkait dari restoran, hotel, transportasi dan yang penting juga membuka banyak lapangan kerja baru.

Sebagai contoh, sekarang ini dalam tahap konstruksi aja kita sudah mempekerjakan sekitar 5.800 pekerja di area konstruksi dan dampak terhadap Kulon Progo secara langsung menurunkan tingkat pengangguran yang tadinya 4% sekarang turun menjadi 1,4%. Masyarakat yang ada di sekitar Kulon Progo.

Kalau dulu masyarakat Kulon Progo mencari pekerjaan ke luar Kulon Progo, bahkan keluar dari Yogya sekarang pekerjaannya datang dan ini dampak pengangguran turun signifikan. Kulon Progo yang dulu di antara kabupaten di bawah DIY ini tingkat penganggurannya tertinggi, sekarang jadi yang terendah hanya 1,4%.

Jadi ini salah satu dampak positif yang sudah mulai dirasakan oleh masyarakat di sana. Nah saya juga mencoba apa namanya, memberikan kesempatan kepada masyarakat di sekitar Kulon Progo untuk bisa memanfaatkan secara maksimum keberadaan bandara tersebut. Jadi yang kita lakukan adalah kita membangun dengan melalui program CSR yang namanya Balai Permberdayaan Masyarakat.

Kita memberikan pelatihan secara gratis untuk masyarkat di Kulon Progo yang terdampak oleh pembangunan bandara berupa pelatihan-pelatihan misalnya pelatihan bahasa Inggris, terus pelatihan untuk menjadi operator bagasi kendaraan yang ada di apron, kemudian pelatihan safety security bandara. Jadi harapannya adalah kesempatan pekerjaan yang muncul di Bandara Kulon Progo atau new Yogyakarta International Airport (NYIA) benar-benar dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat.

Saya tidak bisa menjanjikan semua terserap, tapi saya memberikan kesempatan peatihan yang kita berikan secara gratis agar mereka bisa benar-benar memiliki kompetensi yang dibutuhkan oleh bandara, karena yang akan beroperasi di situ kan nanti dari ground handling, dari airline. Jadi tidak sepenuhnya dikontrol AP I. Tapi paling nggak masyarakat sudah kita latih diharapkan mendapatkan prioritas untuk di situ.

Sekarang ini saya banyak menerima ucapan terima kasih dari masyarakat. Kalau pertama kali saya masuk AP I kan dulu setiap hari yang muncul complain-complain menolak. Sekarang ini berubah, yang muncul adalah ucapan terima kasih sudah merasakan. Padahal bandara belum beroperasi dan saya memperhitungkan nanti saat pengoperasian secara 100% ada 15.000 tenaga kerja. Dampaknya luar biasa buat Yogya.

Dari segi aksesibilitas sendiri ke Bandara Kulon Progo bagaimana?
Jadi memang faktor accesibility menjadi salah satu kunci keberhasilan sebuah bandara. Nah, untuk yang di New Yogyakarta International Airport (NYIA) ini rencana nanti ada kereta bandara yang langsung berhenti di bandara. Itu direncanakan akan diselesaikan di tahun 2020.

Udah mulai konstruksi?
Prosesnya udah di lagi dijalankan akan, itu rencananya 2020 selesai tapi untuk bridging sebelum kereta bandara bisa dioperasikan langsung masuk ke dalam terminal, kita juga sekarang ini sedang memanfaatkan di Wojo. Jadi nanti rencana kan akses moda transportasi dari jalur lingkar selatan ada dua jalur kereta yaitu dari Stasiun Maguwo, Stasiun Tugu kemudian Wojo. Dari Stasiun Wojo kita siapin kendaraan Damri menuju bandara, sekitar 10 menit.

Saya udah coba keretanya dan sangat nyaman dari Wojo ke terminal 10 mneit dan kita udah siapin. Itu tahap awal accesibility menggunakan kereta api. Dan kita harapkan kereta tersedia 15 menit sekali.

Rute kereta bandaranya mana aja?
Dari Maguwo-Stasiun Tugu terus ke Kedundang. Kalau masuk ke bandara dari Kedundang, dari Kedundang langsung ke bandara. Kalau sekarang Wojo dulu, karena Wojo yang paling dekat dengan, tapi nanti yang akan masuk ke dalam bandara adalah dari Maguwo-Tugu-Stasiun Kedundang langsung masuk.

Di samping itu, Damri juga sudah menyiapkan kendaraan bus yang akan dioperasikan secara reguler dari titik-titik yang potensial memanfaatkan Bandara Kulon Progo. Misalnya dari Yogyakarta langsung ke Kulon Progo, dari Purworejo, kemudian dari objek wisata Borobudur dan lain sebagainya dan ini sudah mulai disiapkan. Damri sudah menyiapkan armada teramsuk shuttle dari Wojo ke bandara itu sudah.

Khawatir nggak nanti bandaranya sepi seperti di Kertajati?
Jadi persoalannya berbeda dengan yang di Majalengka, Kertajati. Pembangunan di Kulon Progo ini sifatnya karena memang kebutuhan yang sangat mendesak kesediaan jasa transportasi udara yang ada di Yogya, kebutuhan yang mendesak, dan saya kira beda dengan, beda sekali dengan yang di Majalengka dan accesibility itu menjadi salah satu catatan tapi kita sudah siapkan solusi yang baik dan ini juga membuka opportunity dari wilayah Jawa Tengah, Purworejo dan sebagainya kalau selama ini mereka harus ke Yogyakarta, sekarang malah makin dekat.

Jadi walaupun dari Yogyakarta menjadi semakin jauh, tapi di sekitar juga terbuka traffic baru atau market baru. Jadi saya kira ini opportunitynya besar dan beda kasusnya.

Mengenai ancaman gempa dan tsunami di Bandara Kulon Progo?
Jadi sebenarnya terhadap tsunami kita sudah melakukan mitigasi risiko. Jadi dari Angkasa Pura I telah membahas risiko terkait dengan tsunami maupun bencana alam dengan pakar dan akademisi termasuk memanfaatkan pakar dari Jepang. Kita sudah membuat simulasi gempa dan tsunami di bandara tersebut. Jadi saat ini bandara sudah dilakukan mitigasi terhadap kemungkinan tsunami dan lain sebagainya kondisinya aman, yang penting adalah mitigasinya.

Jadi kalau dilihat dari runway atau landasan pacu kan dibuat ketinggiannya 7,4 meter di atas permukaan laut dan jarak dari bibir pantai 400 meter dan dari terminal 9,25 meter dan jarak dari laut sekitar 1,2 kilometer (km). Jadi gedung di bandara tersebut, terminal itu kita bangun konstruksinya dirancang untuk menahan gempa yang berkekuatan hingga skala 8,8 richter ya dan konstruksinya juga tetap kokoh sekalipun diterjang gelombang tsunami. Jadi sudah dimitigasi, sudah dipastikan bahwa ini akan aman dengan 8,8 skala richter dengan pusat gempa ada di Kulon Progo.

Jadi boleh dikatakan terminal yang kita bangun di Kulon Progo itu bangunan yang paling aman di Yogya kalau misalnya nanti kemungkinan terjadi bencana. Nah, karena pertama dari sisi kekuatannya karena dirancang bisa tahan gempa dan tsunami sehingga penumpang juga akan aman. Nah, lantai 2 di terminal tersebut tingginya 6 meter dari lantai dasar, bisa dipakai tempat evakuasi dan gedung terminal ini dilengkapi dengan konstruksi certified column atau kolom yang dikorbankan ketika misalnya nanti terjadi gempa. Hal lain lagi, kita juga siapkan gedung crisis center yang bisa berfungsi sebagai tempat evakuasi sementara bagi orang-orang dalam bandara atau orang sekitar bandara. Jadi sudah sangat kita antisipasi terhadap, kita melibatkan pakar tsunami juga dari Jepang.

Kalau banjir kemarin bagaimana pak?
Jadi memang kan kemarin terjadi hujan yang terus-menerus mulai Sabtu sampai Senin pagi. Jadi memang beberapa wilayah di Yogya kan tergenang termasuk Bandara Adisutjipto sempat ditutup karena memang visibility untuk take off landing itu tidak dimungkinkan karena memang saking derasnya hujan dan memang di Kulon Progo terjadi beberapa genangan di Jalan Daendels apa yang menuju ke akses bandara. Tapi di lokasi terminal, lokasi bandara yang kita bangun malah tidak sama sekali. Bahkan di runway kering langsung.

Itu sekaligus untuk menguji kualitas runway kita dan kita sangat happy tiga hari hujan langsung kering salah satu ini yang bagus. Nah, memang muncul di berita dan itu benar-benar disampaikan secara tidak bertanggung jawab ya karena memang foto yang ditampilkan bukan foto di Kulon Progo dan kemudian isi beritanya sama sekali tidak, wartawannya sudah minta maaf.

Kalau di luar Kulon Progo yang menjadi fokus AP I, ada bandara lain yang dikembangkan?
Jadi memang gini, dari 13 bandara yang kita kelola kan sudah perlu ditingkatkan kapasitasnya. Soalnya sudah terkait masalah lack of capacity, pertumbuhan traffic penumpang jauh lebih tinggi dari kemampuan menyediakan kapasitas. Sehingga apa yang kita lakukan adalah dalam lima tahun ke depan ini kita upayakan peningkatan kapasitas di 13 bandara yang kita kelola secara lebih signifikan lagi.

Proses ini sudah kita mulai di 2018 di mana kita alokasikan sekitar Rp 18,8 triliun untuk pembangunan pengembangan investasi. Di tahun 2019 ini, kita mengalokasikan sektiar RP 17,5 triliun capex kita. Itu angkanya cukup tinggi ya dan itu direncanakan untuk bisa meningkatkan selain yang sekarang sudah kita lakukan di Semarang, Semarang sudah selesai terus kemudian masuk di Kulon Progo di 2019 selesai. Terus nanti yang di Banjarmasin juga diharapkan di Oktober selesai 100%. Di Banjarmasin itu meningkatkan kapasitas Oktober selesai 100%.

Nah yang mulai kita kembangkan lagi adalah di Makassar. Makassar ini kan yang sekarang ini di terminal ini untuk menampung penumpang, nanti akan kita tingkatkan menjadi sekitar 16 juta tapi total akan meningkat sampai 21 juta dan rencana groundbreaking kalau nggak akhir Maret ini awal April, perluasan terminal.

Dan kemudian lanjut di Surabaya di terminal 1 naikkan kapasitas dari 6 juta menjadi 14 juta. Bandara lain seperti Manado kita juga tingkatkan kapasitasnya tahun ini. AP menerapkan di seluruh bandara kita tingkatkan. Termasuk Bali pun nantinya juga terus akan kita kembangkan kapasitas yang lebih banyak lagi. Sekarang ini kan kapasitas 21 juta nanti kita tingkatkan sampai ke 37 juta. Jadi kalau bicara overall Angkasa Pura I di 2017 ini kan kapasitas yang kita siapkan 79 juta penumpang per tahun di 13 bandara, nanti diharapkan di 2023 kapasitas meningkat sampai 140 juta, dua kali lipat di 2023 dari 13 bandara yang kita kelola.

Tapi di samping itu kita kan sekarang lagi merencanakan mengelola bandara-bandara yang sekarang ini dikelola oleh UPT Perhubungan. Jadi di samping 13 itu plus bandara-bandara baru yang akan kita kelola dari Perhubungan.

Bandara mana saja?
Contohnya Sentani, satu Sentani saya mengharapkan nanti Sentani April pengoperasian, kalau nggak April-Mei lah pengoperasian AP I. Kemudian Luwuk, kemudian Samarinda Baru, Labuan Bajo itu menjadi target yang mudah-mudahan tahun ini sudah bisa kita operasikan.

Jadi kalau bicara kapasitas, dari 13 bandara eksisting yang ada akan meningkat di tahun 2023 menjadi sekitar 140 juta plus bandara-bandara UPT yang kita kelola. Dari sisi skala bisnis akan meningkat signifikan dan harapannya pengembangan yang kita lakukan di AP I bisa membantu mendorong pertumbuhan ekonomi karena kembali lagi kegiatan ekonomi akan lebih lancar, lebih mudah, lebih murah kalau transportasi udaranya bisa dikembangkan dengan baik.

Bandara Bali Utara ada ketertarikan untuk dikelola juga nggak?
Angkasa Pura I sudah menyampaikan minat ke Kementerian Perhubungan untuk mengelola Bali Utara.

Sekarang ini kita sedang melakukan pra FS kalau ini nanti mendapatkan persetujuan mudah-mudahan nanti lanjut ke proses FS.

Kalau pembicaraan dengan PT BIBU bagaimana?
Saya komunikasinya tentu saja dengan Pemda, dengan Gubernur. Jadi nanti rencananya kita akan bangun semacam konsorsium kerja sama dengan pihak ketiga lainnnya termasuk kita menggandeng Pemda. Karena kunci keberhasilan di Bali Utara mengacu studi yang dilakukan oleh World Bank itu harus ada konektivitas secara langsung dengan Gusti Ngurah Rai. Itu salah satu faktor yang layak atau tidaknya. Kalau tidak terhubung secara langsung kurang layak.

Tentu saja ini nanti harapannya kita yang akan mengoperasikan, kita atur lah. Mungkin bisa saja nanti kita arahkan Bali Utara untuk khusus low cost carrier (LCC) tapi ini masih dalam kajian yang kita lakukan sekarang.

Kalau di luar Kulon Progo yang menjadi fokus AP I, ada bandara lain yang dikembangkan?
Jadi memang gini, dari 13 bandara yang kita kelola kan sudah perlu ditingkatkan kapasitasnya. Soalnya sudah terkait masalah lack of capacity, pertumbuhan traffic penumpang jauh lebih tinggi dari kemampuan menyediakan kapasitas. Sehingga apa yang kita lakukan adalah dalam lima tahun ke depan ini kita upayakan peningkatan kapasitas di 13 bandara yang kita kelola secara lebih signifikan lagi.

Proses ini sudah kita mulai di 2018 di mana kita alokasikan sekitar Rp 18,8 triliun untuk pembangunan pengembangan investasi. Di tahun 2019 ini, kita mengalokasikan sektiar RP 17,5 triliun capex kita. Itu angkanya cukup tinggi ya dan itu direncanakan untuk bisa meningkatkan selain yang sekarang sudah kita lakukan di Semarang, Semarang sudah selesai terus kemudian masuk di Kulon Progo di 2019 selesai. Terus nanti yang di Banjarmasin juga diharapkan di Oktober selesai 100%. Di Banjarmasin itu meningkatkan kapasitas Oktober selesai 100%.

Nah yang mulai kita kembangkan lagi adalah di Makassar. Makassar ini kan yang sekarang ini di terminal ini untuk menampung penumpang, nanti akan kita tingkatkan menjadi sekitar 16 juta tapi total akan meningkat sampai 21 juta dan rencana groundbreaking kalau nggak akhir Maret ini awal April, perluasan terminal.

Dan kemudian lanjut di Surabaya di terminal 1 naikkan kapasitas dari 6 juta menjadi 14 juta. Bandara lain seperti Manado kita juga tingkatkan kapasitasnya tahun ini. AP menerapkan di seluruh bandara kita tingkatkan. Termasuk Bali pun nantinya juga terus akan kita kembangkan kapasitas yang lebih banyak lagi. Sekarang ini kan kapasitas 21 juta nanti kita tingkatkan sampai ke 37 juta. Jadi kalau bicara overall Angkasa Pura I di 2017 ini kan kapasitas yang kita siapkan 79 juta penumpang per tahun di 13 bandara, nanti diharapkan di 2023 kapasitas meningkat sampai 140 juta, dua kali lipat di 2023 dari 13 bandara yang kita kelola.

Tapi di samping itu kita kan sekarang lagi merencanakan mengelola bandara-bandara yang sekarang ini dikelola oleh UPT Perhubungan. Jadi di samping 13 itu plus bandara-bandara baru yang akan kita kelola dari Perhubungan.

Bandara mana saja?
Contohnya Sentani, satu Sentani saya mengharapkan nanti Sentani April pengoperasian, kalau nggak April-Mei lah pengoperasian AP I. Kemudian Luwuk, kemudian Samarinda Baru, Labuan Bajo itu menjadi target yang mudah-mudahan tahun ini sudah bisa kita operasikan.

Jadi kalau bicara kapasitas, dari 13 bandara eksisting yang ada akan meningkat di tahun 2023 menjadi sekitar 140 juta plus bandara-bandara UPT yang kita kelola. Dari sisi skala bisnis akan meningkat signifikan dan harapannya pengembangan yang kita lakukan di AP I bisa membantu mendorong pertumbuhan ekonomi karena kembali lagi kegiatan ekonomi akan lebih lancar, lebih mudah, lebih murah kalau transportasi udaranya bisa dikembangkan dengan baik.

Bandara Bali Utara ada ketertarikan untuk dikelola juga nggak?
Angkasa Pura I sudah menyampaikan minat ke Kementerian Perhubungan untuk mengelola Bali Utara.

Sekarang ini kita sedang melakukan pra FS kalau ini nanti mendapatkan persetujuan mudah-mudahan nanti lanjut ke proses FS.

Kalau pembicaraan dengan PT BIBU bagaimana?
Saya komunikasinya tentu saja dengan Pemda, dengan Gubernur. Jadi nanti rencananya kita akan bangun semacam konsorsium kerja sama dengan pihak ketiga lainnnya termasuk kita menggandeng Pemda. Karena kunci keberhasilan di Bali Utara mengacu studi yang dilakukan oleh World Bank itu harus ada konektivitas secara langsung dengan Gusti Ngurah Rai. Itu salah satu faktor yang layak atau tidaknya. Kalau tidak terhubung secara langsung kurang layak.

Tentu saja ini nanti harapannya kita yang akan mengoperasikan, kita atur lah. Mungkin bisa saja nanti kita arahkan Bali Utara untuk khusus low cost carrier (LCC) tapi ini masih dalam kajian yang kita lakukan sekarang.

Hide Ads