Disamping itu persiapan penerapan PSAK 71 yang akan dimulai pada awal tahun 2020, bank lebih awal mencadangkan CKPN dalam jumlah yang cukup besar.
Meskipun demikian, BTN dapat melalui itu dengan catatan kinerja positif pada 31 Desember 2018.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tercatat hingga akhir Desember 2018 total aset emiten Bursa Efek Indonesia berkode saham BBTN ini mencapai Rp 306,4 triliun, meningkat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 261,4 triliun.
Pertumbuhan aset ini mencapai 17,24% atau berada diatas rata-rata industri yang tercatat 9,21%.
Sementara itu kredit dan pembiayaan yang diberikan tercatat mencapai Rp237,8 triliun, meningkat dibanding tahun 2017 yang sebesar Rp198,9 triliun. Kredit dan pembiayaan ini tumbuh 19,48%.
"Angka tersebut jauh diatas rata-rata pertumbuhan yang dicatatkan industri sebesar 11,75%. Melesatnya kredit Bank BTN didorong oleh Program Satu Juta Rumah yang berhasil mendongkrak kinerja kredit perumahan," paparnya.
Dijelaskan Maryono, Bank BTN telah memiliki profile bisnis yang jelas, dimana 80% portfolio kredit BTN merupakan kredit konsumer dengan profile 90% merupakan kredit perumahan (KPR) yang menjadi core business perseroan sejak tahun 1974.
Porsi KPR ini terbagi 56% merupakan KPR subsidi dan sisanya 44% adalah KPR Non Subsidi. Sementara untuk bersaing dengan pasar, 20% sisanya dialokasikan untuk kredit komersial.
Kinerja kredit BTN tersebut mendorong perseroan menjadi pemimpin pasar di segmen KPR dengan menguasai 39,35% persen pangsa pasar KPR di Indonesia, naik dari tahun sebelumnya yang tercatat 37%.
"Bank BTN tetap menjadi pemimpin pasar KPR dengan pangsa pasar lebih baik dari tahun sebelumnya," tuturnya.
Adapun Dana Pihak Ketiga (DPK) perseroan sepanjang 2018 tercatat Rp230,3 triliun, tumbuh 19,34% dibandingkan perolehan DPK tahun 2017. Pertumbuhan ini jauh diatas rata-rata industri yang berada di kisaran 6,45%.
Pertumbuhan DPK ini memperkuat likuiditas Bank BTN. Tercatat Liquidity Coverage Ratio Bank BTN sebesar 108,99% di atas ambang batas yang disyaratkan Bank Indonesia.
Dengan kondisi ekonomi 2018 dan antisipasi penerapan PSAK 71 serta dalam rangka menjalankan prinsip kehati-hatian usaha, BTN mencatatkan perolehan laba bersih sebesar Rp2,8 triliun. Perolehan laba ini telah memperhitungkan kesiapan perseroan dalam penerapan PSAK 71.
Dijelaskan Maryono, Bank BTN dalam membentuk CKPN 2018 adalah dalam rangka penerapan PSAK 71 dan disiapkan senilai Rp1,7 triliun dengan pertimbangan laba operasi tahun 2018 sebesar Rp5,308 triliun atau naik 11,1% dibanding 2017.
Disamping itu BTN juga sudah merintis melakukan tambahan cadangan CKPN sejak 4 tahun lalu, dari tahun 2014,.2015, 2016 dan 2017 masing-masing sebesar Rp 776,9 miliar pada tahun 2014, Rp901,3 miliar tahun 2015, Rp 707,6 miliar tahun 2016 dan tahun 2017 senilai Rp 884,4 miliar. Dengan demikian peningkatan CKPN tersebut tidak mengganggu kinerja perusahaan.
"Dengan kinerja 2018, BTN tetap optimis menghadapi tahun 2019, dimana target konservatif untuk tahun 2019 telah ditetapkan antara lain aset meningkat sekitar 13%-15%, Kredit dan Pembiayaan tumbuh sekitar 13%-15%, DPK naik sekitar 13%-15% serta laba tumbuh diatas 15%," ungkapnya. (dna/dna)