Berdasarkan catatan detikFinance, pada September 2016 lalu China sudah meluncurkan kereta barang transnasional ke Asia Tengah, Afghanistan. Tepatnya dari kota Nantong, pesisir China Timur hingga Hairatan, Afghanistan.
Jalur kereta tersebut memiliki panjang lintasan hingga 7.000 km dan bisa ditempuh dalam waktu selama 12 hari. Kereta memiliki 45 gerbong dan melewati Kazahstan hingga Uzbekistan untuk mencapai Hairatan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemudian, pada Januari 2017 China kembali membuka jalur kereta transnasional dari kota Yiwu, China ke London, Inggris. Kereta ini membawa berbagai pakaian, tas hingga barang untuk keperluan rumah tangga.
Kereta yang dioperasikan oleh China Railway Corporation ini memiliki panjang perjalanan hingga 12.000 km. Kereta diklaim memiliki biaya angkut yang lebih murah dibandingkan dengan angkutan udara serta laut.
Angkutan kereta api memakan waktu 30 hari lebih cepat dibandingkan kapal. Namun, kereta yang dinamakan East Wind ini hanya mampu mengangkut 88 peti kemas, atau lebih sedikit dibandingkan kapal yang mampu membawa sekitar 10.000-20.000 peti kemas.
Seperti dikutip dari AFP kala itu, belum dapat dipastikan berapa biaya yang dibutuhkan untuk melakukan pengiriman barang menggunakan kereta dari London ke China.
"Sulit untuk mengatakan pada tahap ini, karena manfaatnya dapat dirasakan jangka panjang," jelas Ekonom Oxford Economics He Tianjie kepada AFP seperti ditulis, Jumat (29/3/2019).
Sementara itu, Pemerintah China sendiri telah siap menggelontorkan uang hingga Rp 1.649 triliun untuk mewujudkan program itu. Harapannya, dengan adanya program tersebut China dan negara di Jalur Sutra bisa saling memperoleh keuntungan.