Menanggapi hal itu, Menteri ESDM Ignasius Jonan menegaskan, pemerintah memanfaatkan energi nasional untuk pembangunan, bukan hanya sekadar komoditas ekspor.
"Misalnya ada yang tanya, Pak neraca dagang migas defisit. Pertanyaan saya energi mau digunakan sebagai alat pembangunan atau komoditi ekspor," ujarnya di Energy Building, Jakarta, Selasa (2/4/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jonan mencontohkan di gas misalnya, sekitar 60% dari total produksi gas nasional yang mencapai 2.100 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) digunakan untuk domestik. Sementara minyak, dia mengakui memang masih impor untuk menutupi kekurangan kebutuhan konsumsi.
"Kalau minyak memang rendah produksi 770 ribu barel perhari, konsumsinya 1,2 juta barel, jadi masih minus. Tapi sebenarnya akhirnya minus karena gas dipakai untuk nasional. Kalau diekspor semua pasti plus," tegasnya.
Pemerintah, lanjut Jonan, memanfaatkan energi termasuk migas untuk meningkatkan daya beli masyarakat. Sebab di sektor energi masih banyak masyarakat yang belum mampu menikmatinya.
"Ada 160 ribu rumah tangga yang butuh dukung biaya sambung listrik. Pasang listrik yang biaya Rp 550 ribu saja enggak mampu. Itu kira 600 ribu jiwa. Ini tidak bisa ditinggal. Harus dikerjakan," tegasnya.
"Pandangan kami pertama yang penting dilakukan peningkatan daya beli secara global. Makanya pemerintah berjuang mati-matian tingkatkan GDP per kapita. Ini dilakukan berbagai cara dan di berbagai sektor seperti sektor energi," tambahnya.
Tonton juga video Soal Mitigasi Bencana, Jonan: Jangan Ada Ego Institusi!: