Sistem moving block sendiri, dapat membuat headway antar kereta didasarkan pada perhitungan waktu, bukan jarak. Hal inilah yang memungkinkan headway kereta dapat diterapkan bisa lebih cepat.
Mengutip dari laman lrtjabodebek.com, Selasa (2/4/2019), secara teknis sinyal moving block merupakan sistem yang memblok zona di masing-masing kereta. Sistem ini akan berdampak pada jarak antar kereta, sehingga memperpendek jarak kereta yang tengah beroperasi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penerapan sistem moving block pada LRT Jabodebek akan berdampak pada jarak antar kereta, sehingga memperpendek jarak kereta yang tengah beroperasi.
Baca juga: Cibubur-Cawang Bisa Naik LRT Tanpa Masinis |
Sistem ini berpengaruh pada headway atau frekuensi maupun jarak lalu lintas kereta yang ingin dicapai sehingga mempengaruhi kapasitas angkut dengan headway 2-3 menit. Sistem persinyalan moving block akan terhubung dengan sistem sinyal pusat dan sistem sinyal kereta. Sehingga sistem ini dapat lebih unggul dibandingkan dengan sistem fixed block.
Sistem ini memang cocok digunakan pada kereta dengan lajur khusus seperti LRT, yang dalam pengoperasiannya nanti membutuhkan intensitas yang tinggi.
Terlebih LRT juga akan menggunakan sistem operasi driverless, karena sistem persinyalan moving block sama-sama akan terhubung dengan sistem sinyal pusat dan sistem sinyal kereta. Hal ini mendukung digitalisasi yang dilakukan LRT Jabodebek.
Saat ini di Indonesia yang menggunakan sistem moving block adalah LRT Jabodebek dan MRT Jakarta. Sedangkan sistem fixed block digunakan oleh KRL, LRT Palembang dan LRT Jakpro.
Tonton juga video Anies Ingin Pastikan Keamanan dan Keselamatan LRT: