Mantan buzzer, Rahaja Baraha mengatakan, bisnis ini akan langgeng sejalan dengan ramainya media sosial.
"Langgeng banget, semakin media sosial makin rame dan butuh diarahkan, makin terpakai sampai kapanpun," katanya kepada detikFinance, Selasa (2/4/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Cerita Susah Senang Jadi Buzzer |
Dia menerangkan, sejatinya buzzer tidak hanya dimanfaatkan untuk kepentingan politik. Melainkan, juga digunakan perusahaan-perusahaan.
"Perusahaan juga mulai pakai, BUMN-BUMN, sektor publik, pegawai-pegawainya jadi pasukan. Kalau ada isu, ayo bantu komen positif akun kita, itu buzzer nggak? Itu buzzer, bedanya dia pakai akun asli saja, dan ngomonginnya bukan politik. Semua buzzer," tambahnya.
Dia pun berharap, masyarakat lebih awas dalam menyerap informasi yang berkembang di media sosial.
"Gue (saya) pengin kalau bisa, masyarakat aware buzzer nggak melulu politik. Nggak melulu politik, nggak melulu hoax," ungkapnya.
Sementara, Co-founder Politicawave Ardy Notowidigdo mengatakan, buzzer menjamur sejalan dengan adanya tahun politik. Jika politik meredup, para buzzer bakal bergeser ke dunia bisnis.
"Awalnya kan supply and demand, awalnya untuk ke politik. Apabila tahun politik tidak berjalan, buzzer-buzzer ini digunakan ke brand, ke bisnis, mereka dipakai untuk menyebarkan berita tentang suatu produk, jadi bisa dibilang bahwa terjadi pergeseran juga bahwa yang tadinya politik merambah ke daerah bisnis," paparnya. (dna/dna)