Pertunjukan yang diberi nama Panggung Kabaret Tek Jing Tek Jing ini digelar oleh Faisal bersama teman-temannya. Dia yang merupakan alumni FEUI angkatan 78 ini juga mengajak lintas angkatan alumninya untuk hadir.
Pertunjukan ini diawali dengan tarian topeng. 5 Orang penari menari lincah menggunakan topeng sebelum pertunjukan utama di mulai.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Salah satu konsekuensi hadirnya demokrasi di suatu negara adalah keterbukaan informasi dan kebebasan berpendapat. Siapa saja seakan boleh bicara apa saja sesuka hati. Padahal di alam demokrasi atau bukan, prinsip-prinsip kepatutan tetap berlaku. Siapa saja memang boleh bicara apa saja, sejauh hal itu didukung oleh fakta dan data," ucap Faisal di Energy Building, Jakarta, Kamis (11/4/2019).
Menurutnya belakangan sering terjadi umbar kebohongan dan perang omong kosong serta fitnah dalam kontestasi politik. Menurutnya hal itu sudah kian menjadi-jadi belakangan ini.
"Hendaknya tidak menjadi pembenaran bahwa hal itu memang boleh dilakukan atau suatu kewajaran di era post-truth. Jika kita menganggap wajar lalu pasrah menerimanya dan oleh karena itu harus menyesuaikan diri dengan realitas baru itu, maka sesungguhnya kita sedang membiarkan terjadi pengeroposan dalam sendi-sendi bermasyarakat dan bernegara," tambahnya.
Faisal terus membacakan narasi panjang tentang isu kondisi ekonomi yang diangkat dalam pesta politik tahun ini. Dia berbicara mulai dari sejarah budaya maritim di era Soekarno hingga klasemen klub sepakbola Eropa yang dia rangkai menjadi pembicaraan tentang kondisi ekonomi untuk men-counter hoax.