Kepala Badan Karantina Kementan, Ali Jamil menyebut angka tersebut merupakan jumlah keseluruhan yang terjadi pada 2018. Sedangkan Januari-Maret 2019, ekspor Papua mencapai 29,1%. Jumlah ini naik jika dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya Rp 10,3 miliar.
Untuk itu ia menargetkan nilai ekspor tahun ini meningkat dua kali lipat, lebih tajam dari nilai ekspor tahun sebelumnya. Menurutnya nilai tahun ini harus bisa menguat, bahkan menguasai pasar Asia, Eropa, dan Amerika Serikat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ali pun mengatakan kopi Wamena sangat digemari penduduk luar negeri karena memiliki cita rasa yang khas. Untuk itu, melalui program Ayo Galakan Ekspor Produk Pertanian oleh Generasi Milenial Bangsa (Agro Gemilang), Kementan akan meningkatkan semua pelatihan dan bimbingan teknis, seperti memenuhi persyaratan sanitary and phytosanitary (SPS), sesuai yang diminta negara tujuan.
"Tentu kita ingin agar para petani bisa mendapatkan nilai tambah yang optimal, sehingga bisa menambah kesejahteraan petani dan membuka lapangan kerja baru di bidang pertanian," katanya.
Ia menjelaskan luas lahan pertanian kopi di Jayawijaya mencapai 1.910 hektare. Luasan tersebut tersebar di 24 distrik, seperti di Walesi, Kurulu, Hubertus, dan Pyramid. Sedangkan produktivitas kopi Wamena berada pada kisaran 600-650 kg per hektare.
"Untuk produksi kopi pada tahun 2017 mencapai 125,8 ton. Kopi Wamena sendiri layak untuk didorong menjadi komoditas ekspor, karena kalau sudah diolah menjadi kemasan siap minum, potensi nilai jualnya jauh lebih tinggi," tuturnya.
Ali juga telah memberikan secara simbolis akses Indonesia Map of Agricultural Commodities Exports atau I-MACE, kepada Pemerintah Provinsi Papua
Aplikasi tersebut berisi tentang perkembangan data ekspor berbagai komoditas pertanian dari daerah terkait, yang dimaksudkan supaya pemerintah mampu membaca dan mengoptimalkan potensi pertanian yang ada di daerahnya.
Gubernur Provinsi Papua, Lukas Enembe mengapresiasi program yang tengah dilakukan Kementan melalui Barantan dalam akselerasi ekspor. Lukas berharap program bimbingan teknis, Agro Gemilang yang ditujukan terutama pada calon eksportir baru di Papua dapat terus ditingkatkan.
"Papua harus segera dapat menjadi lumbung pangan bagi negara-negara di perairan Pasifik. Inilah komitmen kami," tegas Lukas.
Sementara itu, Kepala Karantina Jayapura, Muklis Natsir menyampaikan data otomasi perkarantinaan, IQFAST untuk ekspor produk nonmigas bidang pertanian dari Jayapura pada 2018 mencapai Rp 35,6 miliar.
Data tersebut, kata Muklis, adalah tren peningkatan di trisemester awal 2019, yakni mencapai 29,1% jika dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya Rp 10,3 miliar. Di sana, ada lima komoditas unggulan ekspor, yaitu kayu merbau, tepung terigu, kayu lapis, biji kopi, dan vanili. Adapun tujuan negara di antaranya Tiongkok, Papua Nugini, dan Amerika Serikat.
Sedangkan komoditas lainnya yang iuga diminati pasar dalam negeri adalah produk cangkang sawit, CPO, biji kakao, dan kopra.
"Tujuan daerah yang kami kirim di antaranya ke Kalimantan, Medan, Surabaya, Denpasar, dan Yogyakarta. Bahkan hingga Maret 2019 ini, biji kakao yang dilalulintaskan sebanyak 75,9 ton atau senilainya Rp 2,3 miliar," tukasnya. (prf/hns)