Tapi, kenapa bukan Angkasa Pura (AP) atau Garuda yang jadi induk holding?
Deputi Jasa Keuangan, Survei, dan Konsultasi Kementerian BUMN Gatot Trihargo menjelaskan dipilihnya Penas sebagai induk holding lantaran perusahaan tersebut 100% dimiliki oleh negara. Beda dengan Garuda Indonesia yang merupakan perusahaan terbuka.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara, Angkasa Pura, baik AP I maupun AP II tak dipilih jadi induk holding lantaran memiliki tingkat kompleksitas yang cukup tinggi. Jadi, menurutnya agak sulit untuk menjadikan Angkasa Pura sebagai induk holding.
"Ada yang non Tbk, ada AP I, AP II, itu mereka sudah kompleksitasnya tinggi. Sehingga kita ingin operasional strategic holding," katanya.
Karenanya, kata Gatot, meskipun Penas merupakan perusahaan kecil, namun Penas dinilai cocok untuk menjadi induk holding BUMN Penerbangan.
"Kalau dengan sale yang sederhana ini, kan mereka (Penas) sudah laba Rp 3 miliar. Perusahaan ini kecil memang, jadi justru lebih mudah holding," tuturnya.
Gatot menambahkan, holding penerbangan ini ditargetkan bisa terbentuk 2019 ini. Nantinya, Pelita Air milik Pertamina juga akan masuk ke dalam holding tersebut untuk melayani penerbangan charter dan logistik.
"Nanti ada Pelita, Pelita masuk. Tapi karena Pelita punya Pertamina. Jadi nanti fokus secara generic untuk Pelita sebagai charter flight dan kargo. Jadi charter nanti Pelita, Garuda, dan AP II," tuturnya. (fdl/ara)