Hendra (39), penerus usaha kerupuk Mak Uku, mengatakan sejak setahun terakhir harga tepung kanji melonjak. Awalnya, harga tepung tapioka berkisar di harga Rp 150.000 per karung (25 kilogram), namun kini meroket ke harga Rp 280.000 per karung.
"Harganya naik cepat, ini membuat banyak produsen kerupuk di sini heran. Naiknya langsung melesat, tapi turunnya sedikit-sedikit, kadang naik lagi," ujar Hendra saat ditemui di pabrik kerupuknya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"Sejak harga naik, kami mengurangi produksi menjadi 50 kg saja per hari, karena saat menambah harga jual, pembeli jadi berkurang karena enggan membeli kerupuk yang harganya sedikit lebih tinggi," kata Hendra.
"Pernah juga kuantitas barangnya saya kurangi, dari semula misalnya delapan kerupuk per bungkus menjadi hanya empat saja. Hasilnya sama, pelanggan juga enggak mau beli," katanya.
Berkurangnya penjualan, berdampak pada menurunnya omzet yang didapatkan oleh Hendra. Alhasil, ia pun mengambil keputusan untuk mengurangi jumlah pekerjanya menjadi dari delapan menjadi enam pekerja saja.
"Soalnya enggak ke kejar biaya operasionalnya," tutur Hendra pasrah sambil menyebutkan usaha kerupuk tersebut telah ia rintis sejak tahun 1980-an.
Ia pun menyebutkan, beberapa produsen lainnya di kampungnya juga terancam gulung tikar karena mahalnya biaya bahan baku produksi.
![]() |
"Teman saya yang berjualan kerupuk terasi awalnya punya tiga puluh karyawan, sekarang hanya 10 karyawan saja," katanya.
Terkait harga bawang putih yang juga melonjak naik sepekan ini, dikeluhkan juga produsen kerupuk, termasuk Hendra.
"Sekarang beli seperempat kilo saja Rp 15.000, tolonglah pemerintah untuk bisa menstabilkan harga. Bawang ini juga kan nyawanya kerupuk, untuk menciptakan rasanya," katanya Hendra. (hns/hns)