Deputi Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Institute, Sukarela Batunanggar mengatakan dengan semakin berkembangnya teknologi, gaya hidup masyarakat berubah termasuk dalam hal akses dunia keuangan.
Masyarakat mulai menginginkan kemudahan dalam bertransaksi. Terbukti dari pola transaksi yang belakangan ini lebih banyak melalui teknologi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Sukarela layanan tatap muka perbankan mulai ditinggalnya sejak 3 tahun terakhir. Imbasnya jumlah cabang perbankan berkurang drastis.
"Dalam 3 tahun terakhir ada 1.000-an kantor cabang bank tutup. Jumlah kantor cabang bank ada penurunan 3%," terang Sukarela.
Tantangan perbankan tidak sampai di situ saja. Mereka juga kini dihadapkan pesaing baru yaitu perusahaan pembiayaan berbasis aplikasi atau fintech (financial technology).
Fintech hadir dengan pelayanan serba digital. Mereka juga mulai menyasar pasar yang selama ini tidak bisa digarap secara maksimal oleh perbankan yakni masyarakat menengah ke bawah dengan jumlah pinjaman yang kecil.
Direktur Keuangan BNI Anggoro Eko Cahyo mengakui hadirnya fintech cukup menjadi tantangan bagi perbankan agar bisa juga menghadirkan pelayanan yang diinginkan nasabah.
"Sebenarnya di sisi lain bank juga melakukan simplifikasi bisnisnya. Misalnya proses pembukaan rekening. Kalau fintech bisa maka bank ditantang melakukan itu juga," tambahnya.
Tanda-tanda perbankan mulai mengikuti jejak fintech juga terlihat dari investasi yang dilakukan perbankan. Mereka kini juga mulai marak mengembangkan teknologi pembayaran berbasis qr code.
"Rasanya bank mau tidak mau ikuti tren itu," tutur Anggoro. (das/hns)