Sri Mulyani berbicara mengenai pentingnya peran perempuan untuk mendorong ekonomi dalam negeri.
Awalnya, Sri Mulyani bercerita mengenai ketidakpastian ekonomi global masih menjadi bayang-bayang negara berkembang, dan hal ini dibahas dalam pertemuan spring meeting IMF-World Bank.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dua minggu yang lalu kami menyelesaikan pertemuan musim semi IMF-WB di Washington. Itu membenarkan pelemahan ekonomi global seperti yang ditunjukkan proyeksi pertumbuhan ekonomi 2019 secara global akan melemah menjadi 3,3%. Itu direvisi turun dari prediksi sebelumnya 3,5% dan lebih jauh turun dari prediksi tahun lalu 2019 diperkirakan akan mencapai 3,9% dari PDB," terang Sri Mulyani.
Di sisi lain, ruang kebijakan dunia untuk mengatasi hal itu sudah hampir habis. Contohnya kebijakan moneter dan fiskal.
Dia juga berharap agar hubungan antara China dan Amerika Serikat (AS) bisa membaik.
"Apakah Anda berbicara tentang kebijakan moneter, ukuran penurunan suku bunga atau melalui kebijakan fiskal di mana banyak negara di dunia sudah memiliki rasio utang terhadap PDB yang lebih tinggi yang membuat kendala bagi negara untuk," katanya.
"Misalnya perlambatan ekonomi China, perlambatan ekonomi maju lainnya, juga ketegangan perdagangan antara AS dan mitranya, terutama dengan China semoga bisa diselesaikan dengan cara yang sangat bersahabat," sambung dia.
Sri Mulyani pun mengatakan, khusus di dalam negeri, agar Indonesia tak banyak berdampak terhadap kondisi ekonomi global tersebut, maka peran perempuan sangat penting untuk ikut menjaga stabilitas ekonomi dalam negeri.
"Jika kita akan memberdayakan perempuan dalam ekonomi. Dasar bukti menunjukkan bahwa agar kita dapat menghidupkan kembali ekonomi, kesetaraan gender harus menjadi salah satu yang terpenting. Kesetaraan antara laki-laki dan perempuan tidak hanya menciptakan pertumbuhan ekonomi yang inklusif tetapi juga kualitas yang lebih baik dan menciptakan potensi lebih banyak untuk masing-masing negara," jelas Sri Mulyani.
Sri Mulyani menambahkan sejatinya kesetaraan gender saat ini menjadi fokus utama dalam agenda Sustainable Development Goals (SDGs). Sementara di Indonesia pun angkatan kerja perempuan masih terbilang rendah.
Oleh sebab itu, perempuan seharusnya bisa menjadi potensi yang baik dalam memajukan ekonomi bila ikut berpartisipasi di dalamnya.
"Dalam hal partisipasi tenaga kerja, kami hanya 55% pada partisipasi tenaga kerja untuk perempuan. Jauh lebih rendah jika Anda bandingkan dengan laki-laki, atau pekerja laki-laki, hingga 83%. Anda semua akan mengantisipasi 55% partisipasi tenaga kerja perempuan sebagian besar di sektor informal dan UKM," tuturnya.
Tonton video Kiat-kiat Sri Mulyani Naikkan Ekonomi RI 5,6% di 2020: