Garuda Buka-bukaan soal Kerja Sama dengan 'Si Belia' Mahata

Polemik Laporan Keuangan

Garuda Buka-bukaan soal Kerja Sama dengan 'Si Belia' Mahata

Danang Sugianto - detikFinance
Selasa, 07 Mei 2019 09:51 WIB
Garuda Buka-bukaan soal Kerja Sama dengan Si Belia Mahata
Foto: Dikhy Sasra
Jakarta - Manajemen PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) akhirnya buka suara tentang perjanjian kerja sama dengan PT Mahata Aero Teknologi. Hal itu menyusul arahan PT Bursa Efek Indonesia (BEI) yang meminta manajemen untuk menjelaskan transaksi tersebut.

BEI memberikan sederet pertanyaan untuk Garuda Indonesia. Mulai dari kenapa Garuda memilih bermitra dengan perusahaan belia itu hingga potensi gagal bayar dari Mahata.


Manajemen mengakui proses bermitra dengan Mahata tanpa melalui tender. Jika Mahata tak mampu bayar, Garuda juga berpotensi kehilangan piutangnya yang justru nanti akan berubah menjadi beban dalam laporan keuangan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berikut berita tentang buka-bukaan manajemen Garuda Indonesia tentang Mahata di detikFinance:
Menurut manajemen Garuda Indonesia, nilai kerja sama yang telah disepakati dengan Mahata mencapai US$ 241,94 juta dengan periode kerjasama selama 15 tahun.

Di salah satu poin, BEI mempertanyakan apakah Garuda Indonesia sudah menerima pembayaran dari Mahata sesuai yang telah disepakati. Perseroan pun menjawab belum menerimanya.

"Perseroan belum menerima pembayaran," jata Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Garuda Indonesia, Fuad Rizal dalam keterbukaan informasi, Senin (6/5/2019).

Lalu bagaimana jika piutang dari Mahata itu tak tertagih terhadap laporan keuangan Garuda Indonesia? Perseroan sendiri akan melakukan assessment atas perjanjian kerja sama itu setiap dua bulan sekali.

Jika proses assessment hasilnya tingkat kolektivitasnya rendah, atau tidak bisa dibayar, maka dalam laporan keuangan Garuda Indonesia akan diakui sebagai beban piutang tak tertagih. Artinya beban itu akan menekan pendapatan di laporan keuangan setelahnya.

Menurut perseroan, Mahata saat ini tengah melakukan finalisasi dengan investor. Perseroan juga telah melakukan penagihan dengan mengirimkan invoice kepada Mahata.

BEI selaku wasit pasar modal pun ikut mempertanyakan dan menelaah kerja sama tersebut. Apalagi saat perjanjian kerja sama (PKS) diteken, usia Mahata Aero Teknologi baru 11 bulan.

Dalam keterbukaan informasi, Senin (6/5/2019), manajemen Garuda Indonesia menjelaskan mengenai alasannya memilih perusahaan yang masih belia itu. Salah satu alasannya, perusahaan startup itu sudah menjalin beberapa kerja sama.

Beberapa kontrak kerja sama yang telah diraih Mahata di antaranya dengan Lufthansa system, Lufthansa Tecnic dan Inmarsat. Menurut perseroan perusahaan itu merupakan perusahaan perusahaam internasional yang memiliki KYC dan due diligence dalam menentukan mitra.

"Mahata merupakan perusahaan startup yang didukung oleh induk usaha Global Mahata Group yang memiliki 10.000 karyawan dengan cakupan bisnis, pertambangan timah, inflight connectivity dan tenaga keamanan. Nilai bisnis Global Mahata Group secara total adalah US$ 640,5 juta," kata Fuad.

PT Mahata Aero Teknologi sendiri didirikan berdasarkan Akta No. 3 tanggal 03 November 2017 yang dibuat oleh Yeldi Anwar, SH, notaris di Jakarta. Akta pendirian ini disahkan oleh Menteri Hukum dan Perundang-undangan Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. AHU-0140899.AH.01.11.TAHUN 2017 tanggal 08 November 2018.

PT Mahata Aero Teknologi menjadi penyelamat laporan keuangan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA). Perusahaan itu menjalin kerja sama pemasangan WiFi di pesawat yang baru bersifat piutang tapi sudah diakui sebagai pendapatan.

PT Bursa Efek Indonesia (BEI) selaku penyelenggara pasar modal pun mempertanyakan perjanjian kerjasama tersebut. Salah satu yang dipertanyakan adalah proses pemilihan Mahata menjadi vendor perseroan.

Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Garuda Indonesia, Fuad Rizal menegaskan bahwa pihaknya selalu menerapkan aspek tata kelola yang baik termasuk dalam proses pemilihan vendor.

Terkait transaksi dengan Mahata dia menjelaskan bahwa Garuda Indonesia dalam transaksi itu bertindak sebagai mitra kerjasama, bukan sebagai pihak pencari mitra. Sehingga perusahaan tidak melakikan tender.

"Proses pemilihan vendor atau rekanan mengikuti aturan pencari mitra. Perseroan telah melakukan kajian feasibility study sebelum menjadi mitra," kata Fuad dilansir dari keterbukaan informasi, Senin (6/5/2019).

Dia menambahkan, berdasarkan kajian Garuda Indonesia laya menjadi mitra kerja sama Mahata karena tidak perlu mengeluarkan biaya investasi dan mendapatkan nilai tambah peningkatan layanan kepada pelanggan.

Garuda Indonesia juga menjelaskan mengenai alasannya memilih perusahaan yang masih belia itu. Salah satu alasannya, perusahaan start up itu sudah mencapai beberapa kerjasama.

Beberapa kontrak kerja sama yang telah diraih Mahata di antaranya dengan Lufthansa system, Lufthansa Tecnic dan Inmarsat. Menurut perseroan perusahaan itu merupakan perusahaan perusahaam internasional yang memiliki KYC dan due diligence dalam menentukan mitra kerja samanya.

Selain itu, lanjut manajemen, Mahata merupakan perusahaan startup yang didukung oleh induk usaha Global Mahata Group yang memiliki 10 ribu karyawan dengan cakupan bisnis, pertambangan timah, inflight connectivity dan tenaga keamanan. Nilai bisnis Global Mahata Group disebut mencapai US$ 640,5 juta.

Hide Ads