Agresifnya perusahaan teknologi keuangan (fintech) menciptakan disrupsi digital dan membuatnya selangkah lebih maju dalam sistem pembayaran. Contoh paling dekat yang bisa dilihat adalah GoPay dan OVO sebagai produk yang paling banyak digunakan konsumen.
Lalu, bagaimana tanggapan perbankan mengenai model bisnis 'bakar duit' tersebut?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Benarkah Fintech Jadi Ancaman Buat Bank? |
Wadirut BCA Armand Hartono tak bisa memprediksi masa depan model bisnis yang dimaksud. Maksudnya, apa pun model bisnis yang dilakukan sebuah perusahaan yang paling penting adalah bagaimana perusahaan tersebut bisa tetap eksis di masa depan.
"Bisnis apa pun yang akhirnya tidak profitable, dia tidak akan sustainable. Tapi soal waktunya berapa lama, tidak ada yang tahu. Tapi kan belum tahu yang sekarang tidak profitable, di masa depan dia akan profitable. Yang sekarang profitable juga belum tahu di masa depan akan profitable," katanya dalam diskusi CNBC VIP Forum di Ballroom Hotel Kempinski, Jakarta, Kamis (9/5/2019).
Untuk itu, dia mengaku tak tahu apakah model bisnis 'membakar duit' seperti yang dilakukan fintech atau startup kebanyakan menjanjikan.
"Jadi kita enjoy saja, kita kerja keras saja," katanya.
Baca juga: LinkAja Meluncur Setelah Lebaran |
Menurutnya, selama bisnis yang dilakukan disukai oleh masyarakat, hal tersebut sifatnya baik. Namun lagi-lagi, dia tak berani menyebut bisnis burning money apakah menjanjikan atau tidak.
"Jawaban saya tidak tahu, belum ada yang tahu. Investor belum tahu. Sebenarnya investasi apapun juga pasti dimulai dengan rugi dulu di awal. Tapi mengenai apakah akan sustainable apa tidak, saya tidak bisa menjawab. Nggak ada yang tahu jawabannya. Investor juga belum tahu," katanya. (eds/ara)