Belakangan yang ramai lonjakan harga bawang putih hingga menyentuh harga Rp 90.000-Rp 100.000/kg, dan kini turun ke kisaran Rp 50.000-Rp 70.000 tinggi. Harga ini tetap tergolong tinggi, karena normalnya harga bawang putih di kisaran Rp 30.000-an/kg.
Lantas, kenapa harga bahan pangan sering melonjak saat Ramadhan? Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan (Kemendag), Tjahya Widayanti menjelaskan ada dua penyebab utama harga bahan pangan naik saat Ramadhan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pertama, permintaan bahan pangan naik tapi pasokan kurang.
"Kalau di kita kan naik karena permintaan naik, lalu memang pasokannya kurang. Jadi harga naik itu selalu begitu," ungkap Tjahya saat meninjau harga di Giant CBD Bintaro, Tangsel, Jumat (10/5/2019).
Tjahya mengatakan bawang putih contohnya yang hingga kini harganya masih bergejolak. Menurutnya memang pasokan bawang putih yang masih bergantung pada impor menjadi masalah utama
"Kayak bawang putih misalnya tergantung dari luar. Tapi kita kan sudah impor kemarin pasokan sudah banyak," ungkap Tjahya.
Untuk mengatasi harga yang mahal Tjahya mengatakan Kemendag terus memantau harga di pasar. Apabila harga ada yang bergejolak dia mengatakan bahwa kementerian akan langsung melakukan operasi pasar, ataupun bazaar murah.
"Kalau memang terjadi gejolak kami akan turun dan segera kita penuhi (komoditas) di pasar supaya harga itu turun. Baik melalui operasi pasar atau pun ya bazaar murah pasar murah," kata Tjahya.
Baca juga: Kemendag Sebar 8 Ton Bawang Putih di Bandung |
Kedua, menurut Tjahya, harga bahan pangan naik karena ada pedagang yang sering memainkan harga di pasar.
"Ini naiknya permintaan ini banyak juga pedagang itu yang nakal," terang Tjahya
Untuk menanggulangi masalah pedagang nakal Kemendag akan berkoordinasi dengan Satgas Pangan untuk mengawasi pasar.
"Dari hari ke hari juga nanti koordinasi dengan satgas pangan untuk mengawasi pergerakan harga. Kalau ada yang terjaring, (sanksinya) dicabut izin usaha, dibekukan," tegas Tjahya. (hns/hns)