Penumpang Pesawat Beralih ke Bus Imbas Tiket Mahal, Ini Kata Organda

Penumpang Pesawat Beralih ke Bus Imbas Tiket Mahal, Ini Kata Organda

Puti Aini Yasmin - detikFinance
Senin, 13 Mei 2019 13:50 WIB
Foto: Ragil Ajiyanto/detikcom
Jakarta - Tiket pesawat masih mahal membuat penggunaan jalur darat saat mudik diprediksi meningkat hingga 15%. Hal ini dipicu peralihan pemudik yang biasanya naik pesawat ke angkutan darat seperti kereta api dan bus.

Kondisi ini justru dipandang sebagai momentum yang bisa dimanfaatkan pemerintah untuk mulai menata integrasi antar angkutan. Tujuannya adalah untuk membagi distribusi penumpang agar masing-masing pemoda transportasi tidak saling kanibal atau berebut penumpang.

Demikian disampaikan Sekjen DPP Organda Ateng Aryono dalam pernyataan tertulisnya, Senin (13/5/2019).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Minimal bisa jadi pedoman pengambilan kebijakan, termasuk bagaimana skenario modal share antar moda, Artinya kesan predatory atas nama kemajuan jaman tidak perlu jadi justifikasi lagi," ungkap Ateng.


DPP Organda lebih memfokuskan pada dinamika pembangunan infrastruktur angkutan umum yang saat ini memerlukan integrasi yang baik untuk memudahkan perpindahan barang dan penumpang.

Selain menciptakan penyelenggaraan angkutan yang bersifat komplementer angkutan antarmoda menjadi satu kesatuan.

"Salah satu penyebab iklim usaha tranportasi menjadi tidak kondusif adalah terjadinya 'predatory price' dalam penentuan tarif yang mengakibatkan dunia tranportasi darat, laut dan udara mengalami ketidakseimbangan menjalankan usahanya," beber dia.

DPP Oranda menilai kenaikan tariff tiket pesawat merupakan kewajaran untuk menyeimbangkan rasio keberlangsungan sebuah usaha transportasi.

Ada kesan persaingan tariff yang selama ini dinilai kurang sehat menjadi predator terhadap industri moda lainya. Menurut Ateng, saat ini yang sangat dibutuhkan tidak hanya soal tariff tapi, lebih ke prinsip integrasi antar moda transportasi guna mencegah konektivitas yang buruk antarmoda.

Integrasi antarmoda harus menitikberatkan pada aspek kemudahan mobilitas penumpang transportasi publik.


Menurut Ateng, integrasi antarmoda ini akan berfokus pada aspek, kecepatan akses penumpang, kemudahan penumpang dalam mengakses transportasi publik, keterjangkauan tarif dan lokasi kebutuhan integrasi.

Ateng menilai kegagalan pemerintah saat ini dalam menyediakan angkutan umum yang baik, ditandai dengan kondisi angkutan umum yang semakin buruk dengan turunnya kualitas layanan dan penurunan jumlah penumpang.

Ditambah lagi kebijakan penyediaan angkutan massal yang cenderung mengesampingkan peran angkutan eksisting (angkot dan bus). Hal ini perlu mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah karena tidak bisa dihindari bahwa angkutan umum masih dibutuhkan dan masih memiliki potensi untuk dikembangkan.

"Dengan kata lain DPP Organda berharap kepada pemerintah agar dapat memberikan gambaran besar yang menyeluruh tentang langkah - langkah untuk perbaikan transportasi public," tandas dia. (dna/dna)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads