Hal itu diungkapkannya usai rapat koordinasi (rakor) tentang neraca perdagangan bersama Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmi Nasution.
"Impor BBM naik untuk jaga ketahanan stok bulan ramadhan dan Lebaran. Jadi volume naik impor. Kedua, selain volume naik, harga crude atau BBM juga naik, volume naik dan harga naik. Hasilkan impor yang nilainya jauh lebih tinggi," kata Arcandra di Kemenko Perekonomian, Jakarta, Jumat (17/5/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dapat diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat terdapat selisi defisit US$ 2,76 miliar pada realisasi neraca perdagangan migas di April 2019. Hal itu terjadi karena nilai impornya lebih besar daripada ekspor.
Berdasarkan data BPS yang dikutip detikFinance, Jakarta, Jumat (17/5/2019). Defisit neraca dagang migas sebesar US$ 2,76 tercapat sepanjang Januari-April 2019. Di mana ekspor migasnya sebesar US$ 4,22 miliar dan impornya US$ 6,99 miliar.
Angka defisit neraca migas itu lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2018. Di mana, defisitnya sebesar US$ 3,89 miliar yang dikarenakan nilai ekspornya US$ 5,16 miliar dan impornya US$ 9,06 miliar.
Sedangkan khusus di April 2019, BPS mencatat neraca perdagangan migas pun masih defisit sebesar US$ 1,49 miliar. Di mana, ekspornya sebesar US$ 741,9 juta dan impornya US$ 2,23 miliar.