Mahata sendiri merupakan perusahaan penyedia teknologi internet yang baru berdiri sejak November 2017. Website perusahaan dengan alamat https://www.mahata.co.id juga tidak memberikan informasi yang jelas.
Kantor Mahata yang berada di Prosperity Tower kawasan SCBD Sudirman juga minim aktivitas. Tapi perusahaan sekelas Garuda Indonesia menaruh kepercayaan terhadap perusahaan itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pikri juga menekankan bahwa perusahaan percaya Mahata bisa menggarap kerjasama itu dengan profesional. Pihaknya juga mengaku telah melakukan proses GCG sebelum memilih Mahata sebagai mitra kerjasama.
Nah yang menjadi alasan utama Garuda Indonesia memilih Mahata adalah, perusahaan startup itu berani menyediakan teknologi wifi tanpa bayaran. Bahkan dalam konsep kerjasama itu Mahata lah yang membayar ke Garuda.
"Seperti wifi Garuda yang lama kan Garuda bayar di depan dan setiap bulan bayar lagi. Ini model bisnis baru, orang yang masang, dia yang bayar," ujarnya.
Pikri menjelaskan, model kerjasama dengan Mahata adalah pemberian hak eksklusif pemasangan peralatan layanan konektivitas dalam penerbangan Garuda Indonesia Grup. Untuk mendapatkan hak itu, Mahata pun harus membayar US$ 239,94 juta atau sekitar Rp 3,36 triliun kepada Garuda yang sifatnya piutang.
Nah, Mahata nantinya akan mendapatkan uang dari pengiklan yang masuk dalam layanan internet itu. Hitung-hitungannya berdasarkan rata-rata penumpang Garuda Grup per tahun sekitar 50 juta penumpang.
"Ini dihitung US$ 4 per penumpang. Hak eksklusif untuk dia menggarap bisnis ini selama 15 tahun. Bagi kami ini zero investment," tambahnya.
Sementara Direktur Keuangan Garuda Indonesia Fuad Rizal mengatakan selaku startup Mahata memang membutuhkan kontrak jangka panjang untuk menunjang kehidupan bisnisnya. Mahata juga dalam proses mencari investor.
"Jadi dia harus kita kasih kontrak yang panjang supaya dia bisa cari investor. Ada investornya, tapi gara-gara ribut-ribut ini investornya jadi enggak ada," tegasnya. (das/dna)