Internet Jadi Pupuk Suburnya Layanan Digital Bank

Liputan Khusus Ponselku Rekeningku

Internet Jadi Pupuk Suburnya Layanan Digital Bank

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Minggu, 26 Mei 2019 16:35 WIB
Foto: Ilustrasi Digital Banking (Dana Aditiasari/detikFinance)
Jakarta - Saat ini teknologi perbankan berkembang sangat pesat. Misalnya perkembangan layanan digital mulai dari mesin ATM, layanan internet banking sampai layanan mobile banking yang canggih.

Analyst Digital Forensic Ruby Alamsyah menjelaskan perkembangan digitalisasi perbankan tak lepas dari sejumlah faktor pendukung. Mulai dari mahalnya biaya untuk membangun dan menjalankan operasional kantor cabang bank secara fisik.

"Kantor cabang itu butuh biaya yang besar untuk pembuatan dan operasional setiap bulannya. Kan butuh pegawai seperti teller, customer service, keamanan, biaya listrik, air dan biaya lain," ujar Ruby saat berbincang dengan detikFinance.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Dia menyampaikan, saat gaya hidup masyarakat juga sudah mulai beralih ke digital. Masyarakat juga sudah gemar menggunakan transaksi non tunai.

Kemudian, perangkat keras dan perangkat lunak sudah mendukung untuk solusi digital branch.

Menurut Ruby, ini pengguna internet di Indonesia berkembang dengan pesat dan yang tumbuh utamanya mengakses internet menggunakan smartphone.


Merujuk hasil survei Penetrasi dan Pengguna Internet di Indonesia yang dirilis Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), kondisi jaringan internet Indonesia sudah sangat luas, tidak hanya tersedia di kota-kota besar. Per 2018, hampir di seluruh Provinsi di Indonesia sudah lebih 50% penduduknya sudah mengakses Internet. Dan dengan adanya pengembangan Palapa Ring, diharapkan kondisi jaringan internet dan penetrasi pengguna nya akan semakin baik lagi.

"Melihat kondisi tersebut dan semakin banyaknya bank yang menawarkan digital branch, ini artinya infrastruktur RI sudah cukup menunjang untuk bank digital," jelas dia.

Ekonom INDEF Bhima Yudhistira Adhinegara menjelaskan dengan digitalisasi perbankan ini maka mampu mendorong inklusi keuangan di Indonesia yang masih rendah.

Selain itu digitalisasi perbankan juga bisa meningkatkan konsumsi khususnya di sektor ritel, pasalnya banyak tawaran diskon dan kerja sama dengan merchant.


"Karena biaya operasional kantor cabang yang besar maka dengan digital branch ini bisa lebih hemat," imbuh dia.

Dia menambahkan, akses keuangan juga bisa menjadi lebih cepat dan lebih fleksibel karena bisa digunakan semakin cepat dan bisa dilakukan selama 24 jam dalam 7 hari.

Dibalik kemudahan ada risiko-risiko yang mengintai, mulai dari meningkatnya risiko privasi keamanan data pribadi yang bisa disalahgunakan dan diperjualbelikan.


Selain itu juga muncul risiko bank dan lembaga keuangan yang modalnya kecil akan sulit bersaing dengan bank besar. Ini berpotensi terjadinya oligopoli.

Kemudian dikhawatirkan ada PHK karyawan khususnya di front office seperti teller dan customer service karena pekerjaan mereka lebih efisien dengan teknologi. Digitalisasi ini juga mengubah pola masyarakat dalam berbelanja, ada sisi negatifnya karena masyarakat bisa lebih boros akibat mudahnya mengirimkan uang.

"Arus digitalisasi tidak bisa dihambat, yang terbaik adalah kolaborasi dan melakukan perubahan jika ingin survive," jelas dia. (das/das)

Hide Ads