Pasalnya, memajukan sektor pertanian Indonesia yang berdaulat dan menjadikan Indonesia sebagai lumbung pangan dunia merupakan sesuatu yang mustahil jika tidak membangkitkan minat atau passion generasi muda untuk menjadi petani.
"Pada tahun ini, Menteri Pertanian bertekad menciptakan 1 juta petani milenial. Para petani tersebut diharapkan mampu produksi komoditas pertanian yang berorientasi tidak hanya mencukupi kebutuhan dalam negeri, tapi harus kuasai pasar ekspor," ungkap Wakil Sekretaris Jenderal Bidang Kemaritiman dan Agraria, Pri Menix Dey dalam keterangannya, Senin (27/5/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada acara buka puasa bersama Mentan Amran di Kantor Pusat Kementerian Pertanian, Jakarta, Senin (27/5/2019), ia menilai program menciptakan petani milenial dapat secepatnya terwujud. Sebab selama pemerintahan Jokowi-JK, Kementan telah membangun modernisasi pertanian dan menerapkan pertanian yang berbasis teknologi yang sangat maju.
Misalnya, baru di pemerintahan sekarang, petani di pedesaan hingga perbatasan sudah menggunakan alat mesin pertanian mulai dari pra tanam, panen, hingga penanganan pasca panen yang sama dengan negara maju.
"Kita bisa lihat Menteri Pertanian telah mulai membangun digitalisasi pertanian, traktor saja tidak hanya empat roda, tetapi juga sudah ada traktor yang cukup dikendalikan dengan remote kontrol. Begitu mesin panen jagung dan jagung sudah sangat maju sehingga inilah yang menjadi turbo penggerak generasi muda dengan mudahnya memilih jalan menjadi petani sukses," terang Pri.
Oleh karena itu, ia berharap program petani milenial secepatnya terwujud. Sehingga perlu mendorong masing-masing daerah memiliki gerakan pengusaha muda pertanian berbasis teknologi pertanian 4.0. Hal ini sejalan dengan gagasan ekonomi umat sebagai poros baru kebangkitan ekonomi Indonesia guna mengurai kemiskinan secara nyata yang didominasi masyarakat di level pedesaan.
"Nah, untuk memulai mewujudkan gerakan ini, perlu sinergitas PBHMI dengan Kementan untuk membuat preneur camp pengusaha muda pertanian. Dengan kegiatan ini, tidak hanya mengejar peningkatan produksi, tapi juga mendorong petani muda bisa menciptakan nilai tambah dari suatu komoditas pertanian," tuturnya.
"Inilah jawaban dari apa yang disampaikan Pak Presiden Jokowi bahwa untuk meningkatkan nilai devisa harus dipacu kegiatan ekspor. Komoditas pertanian memiliki banyak komoditas bernilai ekonomis tinggi untuk diekspor," sambung Pri.
Sementara itu, Mentan Andi Amran Sulaiman dalam sambutannya menyebutkan capaian pembangunan selama 4,5 tahun pemerintahan Jokowi-JK. Di antaranya berhasil menekan inflasi bahan pangan dari 10,57% di pada 2014 menjadi 1,26% di 2017. Dari capaian ini, ada banyak negara yang dilampaui Indonesia, yaitu Jepang, Belanda, Kanada, Jerman, dan total ada 12 negara yang dilampaui. Bahkan sebentar lagi Amerika Serikat akan dilampaui Indonesia.
"Capaian berikutnya di bawah pemerintahan Jokowi-JK, ekspor komoditas pertanian hingga saat ini melonjak 26%, nilainya Rp 1.700 triliun. Begitu PDB sektor pertanian naik 47%, total akumulasi nilainya Rp 1.375 triliun atau separuh dari APBN. Itu baru kenaikan saja, tapi Indonesia juga meraih peringkat ke-5 dunia PDB sektor pertanian. Ini hasil kerja penyuluh-penyuluh di seluruh Indonesia," ujarnya.
Oleh karena itu, Amran bertekad agar yang bergerak di sektor pertanian saat ini hingga ke depannya tidak lagi diisi hanya dari kalangan petani yang tua, tetapi harus digerakkan oleh petani milenial.
"Inilah yang disebut regenerasi petani yang sekaligus menjadi pelaku usaha di sektor pertanian. Generasi muda tidak hanya memiliki semangat, tetapi juga memiliki terobosan yang kekinian menciptakan inovasi dari hulu hingga hilir. Intinya komoditas pertanian selalu memiliki nilai tambah. Alhasil, komoditas pangan bernilai ekspor," tandasnya. (idr/hns)