Menurut Darmin kondisi tersebut berdampak langsung kepada perdagangan secara global, termasuk Indonesia. Ia menjelaskan perang yang terjadi membuat terjadinya perlambatan perdagangan sehingga berpengaruh kepada tujuan ekspor barang dari Indonesia.
"Bagaimana dampaknya? Dampak negatifnya pada ekonomi pasti ada, namun tidak langsung dalam skala besar tapi ada. Negara tujuan ekspor kita baik China maupun AS, kalau dia saling ini terus, pasti saling melambat kalau dua saling melambat, tujuan ekspor kita jadi ngaruh," ungkap dia di kediamannya, Jakarta, Rabu (5/6/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hanya saja, ia menyoroti kondisi ekonomi Indonesia yang baik, menunjukkan penurunan pertumbuhan ekonomi global tak berdampak langsung. Ia mencontohkan kondisi ekonomi Indonesia yang baik, misalnya kenaikan rating peringkat utang dari -BBB menjadi BBB oleh S&P.
"Nah, kalau saya bilang tadi ekonomi kita masih relatif ok, karena ada faktor-faktor lain. Faktor lain mengenai IMD competitiveness, ada yang tetap mau investasi. Banyak yang mau dan kita attractiveness lebih baik dan kebijakan berjalan," jelas dia.
Darmin pun yakin bahwa pada kuartal II tahun 2019 ini pertumbuhan ekonomi bisa mencapai angka 5,2%.
"Ekonomi dapat tumbuh 5,2% pada kuartal II tahun 2019. Ini didasari manajemen makro ekonomi yang solid, permintaan domestik yang kuat, dan momentum pertumbuhan ang terjadi di pemerintahan Jokowi," tutup dia.