Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjelaskan cara pemerintah untuk mendorong Indonesia agar keluar dari jebakan pendapatan kelas menengah atau middle income trap.
Menurut dia, Indonesia harus fokus dalam produktivitas dan memiliki kemampuan untuk menyerap teknologi. "Selain itu juga diperlukan kondisi pasar tenaga kerja yang kondusif, dengan adanya produktivitas maka investasi yang masuk ke Indonesia bisa lebih besar," kata Sri Mulyani di komisi XI, DPR, Jakarta, Kamis (13/6/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menjelaskan, agar Indonesia menjadi negara berpendapatan tinggi maka pemerintah akan menjaga pertumbuhan ekonomi secara rata-rata di kisaran 6% periode 2020 - 2030.
Karena itu untuk mendorong perekonomian, dibutuhkan peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM), perbaikan kualitas birokrasi dan layanan efisiensi. Selain itu inovasi dan penggunaan teknologi untuk tata ruang Indonesia agar menjadi terintegrasi.
"Hal ini juga agar APBN sehat dan kredibel untuk jangka menengah panjang," ujarnya.
Pemerintah sendiri menargetkan pertumbuhan ekonomi tahun 2020 pada kisaran 5,3-5,6%. Kemudian, inflasi 2,0 hingga 4,0%. Selanjutnya, tingkat bunga SPN 3 bulan 5,0-5,6%. Nilai tukar rupiah diusulkan Rp 14.000-Rp 15.000/US$.
Lalu, harga minyak mentah Indonesia diperkirakan US$ 60-70 per barel. Sedangkan lifting minyak sebesar 695-840 ribu barel per hari, dan lifting gas bumi 1.191-1.300 ribu barel setara minyak per hari.