Bank Ketiban Rp 25 T Gara-gara BI Longgarkan Giro Wajib Minimum

Bank Ketiban Rp 25 T Gara-gara BI Longgarkan Giro Wajib Minimum

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Kamis, 20 Jun 2019 17:39 WIB
Ilustrasi/Foto: Rachman Haryanto
Jakarta - Untuk menambah likuiditas perbankan, Bank Indonesia (BI) akan menurunkan rasio Giro Wajib Minimum (GWM) Primer sebesar 50 basis poin (bps). Untuk bank konvensional menjadi 6% dan bank syariah (bank umum syariah dan unit usaha syariah) 3,5%. Ini berlaku pada 1 Juli 2019 mendatang.

GWM primer adalah simpanan wajib yang disetorkan oleh bank dan disimpan dalam rekening giro di BI. Simpanan GWM primer ditetapkan dari besaran dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun oleh perbankan.

Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan dengan pelonggaran GWM primer tersebut maka bisa mendorong kontribusi kredit perbankan untuk pertumbuhan ekonomi nasional.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dari pantauan sebulan ini, kebijakan moneter yang akomodatif direalisasikan sekarang. Sudah kami sampaikan dapat berupa penambahan likuiditas melalui strategi operasi moneter yang menambah memastikan kecukupan pasar uang dan perbankan," kata Perry dalam konferensi pers di Gedung BI, Jakarta, Kamis (20/6/2019).

Dia menjelaskan, pertumbuhan kredit perbankan diharapkan bisa tumbuh lebih optimal. Target BI untuk pertumbuhan kredit adalah 10-12%, ini lebih tinggi dibandingkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang melakukan revisi ke 9-11%.


"Seluruh bank naik likuiditasnya. Ada Rp 25 triliun tambahan likuiditas, diharapkan kepada bank untuk disalurkan ke kredit dan bisa mendorong perekonomian dan ini akan terus bergulir," imbuh dia.

Menurut Perry saat ini pertumbuhan ekonomi belum tumbuh cepat, hal ini akibat perang dagang AS-China. Pada kuartal II-2019, Perry menyebut perekonomian masih bertengger pada level 5,07% year on year (yoy).

"Faktornya apa, sumber pertumbuhan di kuartal II kita adalah dari konsumsi rumah tangga, investasi bangunan. Apalagi juga bersamaan dengan Ramadhan dan Idul Fitri, daya beli terjaga terutama sejalan dengan progres pembangunan infrastruktur. Sementara ekspor masih terjadi penurunan di triwulan II-2019," ujarnya.

Sedangkan di keseluruhan tahun BI memandang pertumbuhan ekonomi akan berada di antara 5-5,2 % atau lebih rendah dari titik tengah proyeksi awal di 5-5,4%. Sementara, defisit transaksi berjalan pada 2019 diperkirakan sebesar 2,5-3% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).

Dengan dipertahankannya suku bunga acuan BI di level 6%, maka suku bunga penyimpanan dana perbankan di BI (deposit facility) tetap sebesar 5,25%, dan suku bunga penyediaan dana BI ke perbankan (lending facility) tetap sebesar 6,75%.

(kil/fdl)

Hide Ads