Bahaya Diskon Transportasi Online: Saling Mematikan Pesaing

Bahaya Diskon Transportasi Online: Saling Mematikan Pesaing

Puti Aini Yasmin - detikFinance
Jumat, 21 Jun 2019 12:36 WIB
Foto: Dadan Kuswaraharja
Jakarta - Perusahaan transportasi online saat ini tengah gencar memberikan promo diskon kepada para penggunanya. Namun ternyata, kegiatan ini membuat persaingan menjadi tidak sehat.

Ekonom dari Universitas Indonesia (UI) Harryadin Mahardika mengatakan, strategi memberikan promo dapat mematikan pesaing yang lain. Pasalnya, nantinya para konsumen akan beralih menggunakan pilihan yang lebih terjangkau.

"Promosi predator di industri transportasi online ini bisa jadi sangat berbahaya karena ditujukan agar mematikan pesaing dan mengarah ke persaingan tidak sehat," kata dia dalam diskusi media di Restoran Beautika, Jakarta, Jumat (21/6/2019).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Pasalnya, Harryadin menilai pemberian promo tersebut akan langsung memperlemah posisi tawar dari konsumen. Alhasil, kondisi ini akan menjatuhkan pesaing yang lain.

Ia mencontohkan persaingan yang terjadi di Singapura di mana Grab menjadi satu-satunya perusahaan transportasi online bisa memainkan harga menjadi lebih tinggi dari sewajarnya.

"Saya memberi contoh di Singapura Pasca akuisisi Uber oleh Grab, tarif dinaikkan hingga 10-15% dari Maret-Juli 2018 dan diprediksi meningkat drastis 20-30% hingga 2021," dia menjelaskan.


Ia menyebutkan contoh promosi yang tidak sehat dalam persaingan, seperti pemberian diskon hingga harga yang tidak wajar, hingga dilakukan dalam jangka waktu lama.

"Promosi harga yang diberikan malahan sifatnya jadi longterm, perhatiin kapan promosi dilaksanakan dan kapan berakhir itu di luar wajar. Promosi itu biasanya 1 hari atau 3 hari. Bukan tiga bulan. Lalu liat komponen harga yang jadi di bawah normal," paparnya.

Maka dari itu, ia meminta agar Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) segera mengawasi persaingan di industri transportasi perkotaan, terutama transportasi online.

"Khususnya untuk menemukan indikasi-indikasi praktek predatory pricing yang mengarah ke persaingan usaha tidak sehat. KPPU juga perlu mendukung upaya-upaya positif pemerintah untuk menjaga keberlanjutan industri transportasi online," tutup dia. (dna/dna)

Hide Ads