"Kalau kita lihat ekonomi, tekanan dari isu global masih terasa meskipun lebih mereda kalau dibandingkan Januari-April tahun lalu," katanya dalam konferensi pers APBN KiTa di kantornya, Jakarta, Jumat (21/6/2019).
Pertama, sinyal The Fed untuk lebih longgar dalam kebijakan suku bunganya saat ini terlihat lebih dominan. Sebelumnya The Fed diproyeksi menaikkan suku bunganya hingga 3 kali di 2019. Namun kini sinyal tersebut diproyeksi makin lemah, bahkan diperkirakan The Fed menurunkan bunga acuannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal ini menurutnya membawa dampak pada banyak sekali sentimen, termasuk bagi negara berkembang seperti Indonesia.
"Kalau dilihat berbagai indikator seperti US treasury 10 years, Dow Jones melihat adanya positif, dan untuk emerging market 9%. Itu kondisi global yang dinamikanya mereda," ujar Sri Mulyani.
Namun dari sisi perdagangan, Presiden AS Donald Trump kelihatannya masih melakukan eskalasi sejak Mei. Sri Mulyani berharap ada kesepakatan antara Trump dan Presiden China Xi Jin Ping pada pertemuan G-20 mendatang.