"Ada beberapa negara kita masih surplus," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto di kantornya, Jakarta Pusat, Senin (24/6/2019).
Surplus terjadi ketika barang yang diekspor Indonesia lebih banyak dibandingkan produk yang diimpor dari negara yang sama. Misalnya, Indonesia mengekspor barang dengan nilai US$ 1 miliar dan mengimpor US$ 500 juta dari negara tertentu, maka terjadi surplus US$ 500 juta.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebaliknya, neraca dagang Indonesia mengalami defisit dengan China dengan nilai US$ 8,48 miliar. Dengan Thailand dan Australia juga tercatat defisit.
Defisit terjadi karena barang yang diekspor lebih rendah dibandingkan yang diimpor. Misalnya, Indonesia mengekspor senilai US$ 500 juta ke negara tertentu dan mengimpor US$ 700 juta, maka terjadi defisit US$ 200 juta.
"Kita defisit paling besar dengan Tiongkok, Januari-Mei 2019 itu US$ 8,48 miliar," ujarnya.
Simak Juga 'Di 2045, Jokowi Pede Ekonomi RI Jadi Terkuat Keempat Dunia':
(ara/eds)