Masih Ingat Operator Esia? Begini Nasibnya Sekarang

Masih Ingat Operator Esia? Begini Nasibnya Sekarang

CNBC Indonesia - detikFinance
Selasa, 25 Jun 2019 11:41 WIB
Foto: detikINET/Adi Fida Rahman
Jakarta - Masih ingat dengan penyedia telekomunikasi berbasis Code-Division Multiple Access (CDMA) bernama Esia? Begini nasibnya sekarang.

Esia merupakan layanan dari operator PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL). Runtuhnya industri layanan operator telekomunikasi berbasis CDMA membuat salah satu anak usaha Grup Bakrie itu tidak bergairah

Kini bisnisnya sudah berada di ujung tanduk. Bahkan harga sahamnya sudah berada di titik terendah, Rp 50 per lembar, sejak 2012 lalu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Investor juga enggan bertransaksi saham anak usaha Grup Bakrie tersebut, karena ketidakjelasan prospek bisnis perusahaan. Hal ini dapat terlihat dari gagalnya perusahaan mencatatkan laba sejak tahun 2010.

Terlebih, bukan hanya gagal mengantongi laba bersih, membukukan laba operasional saja perusahaan tidak mampu.

Selain itu, jumlah utang perusahaan juga menggelembung. Total utang yang awalnya hanya sekitar Rp 7,16 triliun pada 2010 menjadi Rp 16,13 triliun di tahun 2018. Kondisi ini mengkhawatirkan karena seiring bertambahnya utang perusahaan, nilai ekuitas lama-lama menjadi negatif.

Melansir laporan keuangan BTEL, perusahaan mencatatkan nilai buku ekuitas negatif sejak tahun 2013. Sebagai informasi, jika nilai buku ekuitas suatu perusahaan sudah negatif lebih dari 3 tahun berturut-turut sudah merupakan indikasi adanya financial distress atau kesulitan keuangan.

Kesulitan keuangan yang dialami perusahaan juga akhirnya memaksa perusahaan melakukan efisiensi dengan mengurangi jumlah karyawan.

Jumah karyawan perusahaan yang di tahun 2010 tercatat sebanyak 1.901, per akhir tahun 2018 hanya tersisa 10 orang.

Di lain pihak, saham BTEL hingga detik ini masih dihentikan sementara perdagangannya (suspensi) oleh BEI. Suspensi yang dilakukan oleh BEI berlandaskan laporan keuangan tahunan perusahaan yang selama 2 tahun berturut-turut selalu memperoleh pendapat 'disclaimer' dari Kantor Akuntan Publik/Auditor.


Opini disclaimer diberikan ketika auditor merasa ruang lingkupnya dibatasi sehingga tidak dapat melaksanakan pemeriksaan sesuai standar audit yang berlaku.

Mengacu pada peraturan BEI, jika perusahaan mendapat opini 'disclaimer' 3 tahun berturut-turut, maka bursa dapat membatalkan pencatatan efek perusahaan (delisting).

Dengan kondisi yang demikian, investor tentu bertanya-tanya mengapa hingga detik ini perusahaan masih betah melantai di BEI. Toh, sudah beberapa tahun saham perusahaan tidak disentuh pasar.

Artikel asli berita ini bisa dilihat di CNBC Indonesia melalui tautan berikut ini: Nasib Bakrie Telecom, Sempat Punya Ribuan Karyawan Tinggal 10





Masih Ingat Operator Esia? Begini Nasibnya Sekarang
(ang/ang)

Hide Ads