"Mayoritas toko sembako dan e-Warong KUBE tercatat telah berganti haluan dalam menggunakan pemasok, yaitu dari Bulog ke pemasok lokal. Tentu ini alasannya adalah karena peralihan pemasok ini adalah karena kualitas bahan dari pemasok lokal dinilai lebih baik daripada bahan pangan dari Bulog. Ini sebelum Pak Buwas masuk," kata Agus dalam rapat koordinasi bantuan pangan nasional, di Hotel Royal Kuningan, Jakarta, Kamis (4/7/2019).
Program yang dimulai sejak tahun 2016 tersebut memiliki kapasitas pelayanan bansos terhadap 12,5 juta Keluarga Penerima Manfaat (KPM). 12,5 juta KPM tersebut dapat membeli pangan dengan harga terjangkau di e-warong yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari data pasokan e-warong tersebut, Agus mengungkapkan, 51% e-warong memasok beras dari penyalur swasta. Lalu, 41% nya diambil dari Bulog. Sedangkan, sisa 8% adalah kombinasi pasokan dari Bulog dan penyalur swasta.
"Studi Microsave juga mengungkap bahwa 51% e-warong mengambil pasokan bahan pangan dari pemasok lokal, 41% bergantung pada Bulog sebagai pemasok, dan sisanya (8%) menggunakan kombinasi Bulog-pemasok lokal," ungkap Agus.
Namun, Agus mengatakan bahwa pihaknya dan Bulog akan memperbaiki hal ini. Sehingga, Bulog dapat berkontribusi lebih besar dalam penyaluran beras di program BPNT.
"Saya selaku Menteri Sosial, saya berkomitmen untuk menggelar karpet merah bagi keterlibatan Bulog dalam pemenuhan kebutuhan bahan pangan. Meski, pasti saya akan mendapat kritikan, cemoohan dari masyarakat, khususnya dari pelaku pasar yang telah selama ini sudah sangat bekerjasama dengan baik dalam menyediakan bahan pangan yang berkualitas baik," terangnya.
Kemudian, Agus juga telah menyatakan bahwa Kemensos akan memberikan peluang 100% bagi Bulog menyalurkan berasnya di program BPNT.
"Jangan kan 70%, 100% kami sangat welcome. Jangan kan di daerah-daerah yang relatif lebih sulit, daerah-daerang yang memang relatif lebih mudah juga kami sangat tebuka dan sampaikan untuk Bulog dapat berpartisipasi dalam program BPNT," ujar Agus.
Selain itu, Bulog juga akan ditunjuk sebagai manajer penyediaan bantuan pangan di setiap daerah. Nantinya, bantuan pangan yang masuk dari pihak mana pun akan dikoordinir Bulog.
"Bulog bisa ditunjuk sebagai manajer suplai, atau manajer penyediaan untuk program BPNT. Jadi untuk mengkoordinir di setiap wilayah," imbuh dia.
Program BPNT saat ini ditargetkan dapat menyalurkan sekitar 700.000 ton beras mulai Juli sampai akhir 2019 (semester II tahun 2019). Untuk itu, Bulog yang ditargetkan menyalurkan 700.000 ton beras yang baru diserap, bukan beras yang sudah lama tersimpan di gudang.
"Iya, saya sudah jamin kemarin bahwa beras-beras yang baru kita serap, bukan pakai beras yang lama. Beras yang baru kita serap langsung kita distribusikan," papar Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso (Buwas).
(dna/dna)