Peneliti INDEF Bhima Yudhistira Adhinegara menjelaskan tingginya undisbursed loan pada perbankan mencerminkan lambatnya perekonomian nasional.
Hal ini karena permintaan pencairan kredit yang rendah, risiko dunia usaha yang masih tinggi. Pengusaha yang masih wait and see karena risiko luar maupun dalam negeri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bank juga waspada dengan risiko rasio kredit bermasalah.
"Jadi bisa disimpulkan memang terjadi perlambatan ekonomi yang menaikkan tingkat risiko," kata Bhima saat dihubungi detikFinance, Selasa (9/7/2019).
Dia mengungkapkan, undisbursed loan ini akan turun dengan sendirinya jika siklus ekonomi dalam masa pemulihan. Karena itu, memang harus menunggu perkembangan ekonomi global dan domestik.
Statistik perbankan Indonesia (SPI) periode April 2019 mencatat undisbursed loan atau kredit yang belum dicairkan oleh nasabah tercatat Rp 1.564 triliun angka ini meningkat sekitar 6% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp 1.474 triliun.
Pada April 2019, kredit yang diberikan tercatat Rp 5.363 triliun. Ini artinya jumlah kredit yang masih nganggur di perbankan ada sekitar 29,4% dari keseluruhan kredit. Angka ini terdiri dari kredit yang sudah commited Rp 370 triliun dan yang uncommitted Rp 1.194 triliun.
(kil/eds)