.webp)
Dari pantauan detikFinance, sebagian besar penjaga booth di pameran ini 'fasih' berbahasa China alias tak bisa berbahasa Indonesia. Namun ada beberapa exhibitors yang dapat mendeskripsikan produknya dengan bahasa Inggris.
Terlihat juga sebagian besar pengunjungnya adalah orang keturunan Tionghoa yang tinggal di Indonesia. Hal tersebut pun dibenarkan oleh panitia pameran ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: 90 Produk Teknologi China Mejeng di JIExpo |
Ia pun menuturkan sebagian besar pengunjung yang merupakan orang Indonesia mengeluh karena kesulitan berkomunikasi dengan para exhibitors.
"Kalau dari survei yang ada, sarannya itu memang yang pertama adalah komunikasi karena minimnya translator. Karena nggak semua booth itu masing-masing punya translator sendiri, terutama itu," tutur Ananda.
Kemudian, salah seorang pengunjung bernama Bayu Kustianto Nugroho mengaku kesulitan berkomunikasi dengan sejumlah exhibitors karena tak bisa berbahasa Indonesia.
"Waktu saya muter-muter dan yang jaga booth nggak bisa bahasa Indonesia, saya bingung juga. Saya juga kurang bisa bahasa Inggris, tapi katalognya bahasa Inggris semua," ungkap Bayu.
Padahal tujuan acara ini adalah memberi kesempatan yang baik kepada Indonesia dan China untuk berkomunikasi di antara kalangan komersial sekaligus meningkatkan kerja sama yang saling menguntungkan.
Sebagai informasi, pameran yang digelar oleh Donghao Lansheng (Group) Shanghai International Trade Promotion Co, Ltd (ITPC), ini merupakan acara tahunan dan sudah digelar 18 kali di Indonesia.
Ada 90 peserta yang mengikuti pameran ini. Peserta tersebut memasarkan berbagai macam produk, seperti peralatan mekanik, peralatan elektromekanis, bahan bangunan, mesin perlindungan lingkungan, mesin energi terbarukan, logam, lightning lamps, pengobatan tradisional China, perhiasan rumah tangga, peralatan medis, alat mesin pertanian, dan sebagainya.
Terdapat juga home textile, produk olahraga, kerajinan tangan, mainan, buah olahan, minuman, dan alat tulis kantor.
 |
(dna/dna)
