Pertama, Indonesia, Thailand, dan Malaysia sebagai pemasok karet dunia menahan ekspor untuk meningkatkan harga karet dunia.
"Jadi saat kita berkumpul di Bangkok ini sudah lama ITRC (International Tripartite Rubber Council) Thailand, Indonesia dan Malaysia kumpul menyepakati tiga hal. Pertama, menahan ekspor 240.000 ton, Indonesia kebagian 98.000 ton menahan ekspor. Menahan ekspor agar stok dunia turun, sehingga harga akan naik," jelas Direktur Jenderal (Dirjen) Perkebunan Kasdi Subagyono Kementerian Pertanian (Kementan) usai menghadiri rapat koordinasi perkembangan harga dan dampak penyakit tanaman karet dengan Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution, Jakarta, Rabu (24/7/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, menurun Ketua Umum Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Moenardji Soedargo kedua jurus itu belum mampu mengerek naik harga karet.
"Aneh ya? Tidak ada barang, harga tidak naik. Market ini kenapa sih? Thailand juga ekspor Januari-Mei turun, tapi market tertekan. Jadi, ada anomali apa di pasar internasional?" keluh Moenardji yang juga menghadiri rapat bersama Menko Perekonomian Darmin Nasution.
Moenardji menambahkan, di sisi lain penjualan mobil sedang turun, tapi diyakini tak akan mempengaruhi permintaan karet untuk bahan baku ban. Alasannya karena kebutuhan ban tak hanya untuk mobil baru, permintaan ban untuk mobil seken juga tetap ada.
"Memang yang pakai ban hanya pabrik mobil baru? Mobil yang lama kan tetap jalan, pakai ganti ban, kalau tidak nanti Jakarta-Bogor pecah ban bisa celaka. Jadi itu di luar dari pemahaman kita," pungkasnya.
Tonton juga video Berkarya dengan Getah Karet, Shooshie Terinpirasi Almarhum Ayah: