Hadapi Revolusi Industri 4.0, Sektor Perikanan Harus Rajin Inovasi

Hadapi Revolusi Industri 4.0, Sektor Perikanan Harus Rajin Inovasi

Angling Adhitya Purbaya - detikFinance
Sabtu, 03 Agu 2019 16:45 WIB
Foto: Angling Adhitya Purbaya
Semarang - Industri perikanan dalam menghadapi revolusi industri 4.0 harus disertai inovasi. Hal itu untuk memenuhi kebutuhan daging putih yang terus meningkat di samping tumbuh pesatnya persaingan industri yang makin ketat.

Hal itu diungkapkan Ketua Keluarga Alumni Perikanan Undip (Kerapu), Abdul Kadir Karding dan CEO detiknetwork, Abdul Azis saat menjadi pembicara dalam Seminar Nasional Perikanan dan Pengukuhan Pengurus Ikatan Sarjana Perikanan Indonesia (ISPIKANI) Jawa Tengah dengan tema Tantangan Dunia Perikanan 2020-2024 Dalam Menghadapi Revolusi Industri 4.0.

Karding mengatakan penduduk dunia akan mencapai 3,9 miliar dalam beberapa tahun ke depan dan kebutuhan daging putih makin meningkat dibandingkan daging merah. Untuk diketahui, daging putih antara lain berasal dari unggas-unggasan dan ikan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Konsumsi daging putih makin tinggi, daging merah makin turun, karena ada kesadaran pentingnya kualitas sumber daya manusia," kata Abdul Kadir di auditorium Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Undip, Semarang, Sabtu (3/8/2019).


Ia mendukung beberapa langkah Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti yang menindak tegas illegal fishing, memperketat perizinan kapal. Namun dirinya kurang sepakat soal cantrang.

"Cantrang saya tidak terlalu sepakat, disamaratakan, tidak gebyah-uyah cantrang harus hilang. Lihat kepentingan masyarakat, masyarakat pesisir. Menurut saya jangan dihilangkan tapi diatur," pungkasnya.

CEO detiknetwork, Abdul Azis menambahkan di era teknologi kemajuan mempengaruhi segala sektor termasuk media dan juga dunia industri perikanan. Pemerintah harus bisa memanfaatkan itu untuk meraup peluang sekaligus menyejahterakan petani serta nelayan.

"Tugas pemerintah Indonesia bagaimana hasilkan dolar banyak dan petani dan nelayan sejahtera, itu tugas KKP. Kalau tidak sejahtera pasti ada masalah kalau ekspor tidak ada pasti ada masalah," kata Abdul Azis.

Untuk menghadapi revolusi industri 4.0, lanjut Azis, harus ada produktivitas, efisiensi, inovasi, kreatif, dan jiwa entrepreneur. Alumni Fakultas Kelautan dan Perikanan IPB itu mencontohkan perlunya inovasi dengan kasus banyaknya supermarket tutup.

Ia menyebut Carrefour yang sudah menjadi Transmart terus menambah gerai baru meski banyak pesaingnya yang gulung tikar. Hal itu karena adanya inovasi pembagian lantai pertama untuk ritel kuliner unggulan, lantai dua untuk supermarket, dan lantai tiga tempat rekreasi Trans Studio Mini.

"Lantai 2 itu pemasukannya 30%. Jadi yang lain itu kalau cuma segitu saja menunggu tutupnya," ujarnya.

Inovasi seperti itu hanya sebagai contoh dan menurutnya bisa diterapkan di berbagai bidang dengan penyesuaian termasuk di dunia perikanan.


"Selain produktivitas, efisiensi, harus ada inovasi, dan kreatif. Dan satu lagi harus ada jiwa enterpreneur," pungkas Abdul Azis.

Dalam sesi wawancara, Karding menambahkan inovasi sudah mulai ada di industri perikananan dan harus terus berkembang. Salah satunya pengecekan kadar PH di tambak yang bisa dipantau lewat ponsel.

"Sekarang kelola budidaya tidak manual seperti dulu. Sekarang pakai teknologi bisa cek PH tambak lewat handphone. Inovasi seperti ini akan terus berkembang," ujar anggota DPR RI itu.

Selain itu menurut Karding ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam perkembangan industri perikanan yaitu ekologi atau konservasi yang harus dijaga, manfaat ekonomi harus dikelola, dan kearifan lokal.

Dalam acara di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Undip tersebut juga hadir sebagai pembicara yaitu Ketua Dewan Pakar Ispikani, Budi Prayitno. Dalam materinya disebutkan total potensi perikanan budidaya Indonesia sampai 58,6 juta ton dan baru dimanfaatkan 37,3%.


Hadapi Revolusi Industri 4.0, Sektor Perikanan Harus Rajin Inovasi



(alg/ara)

Hide Ads