AirAsia: Maskapai Tak Perlu Diatur Jual Harga Tiket Murah

AirAsia: Maskapai Tak Perlu Diatur Jual Harga Tiket Murah

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Senin, 12 Agu 2019 12:17 WIB
Foto: Dirut Air Indonesia AirAsia Dendy Kurniawan/Rachman Haryanto
Jakarta - Pemerintah mengatur agar tiket pesawat maskapai berbiaya murah alias low cost carrier (LCC) didiskon pada jadwal dan rute penerbangan tertentu. Dalam kebijakannya, pemerintah meminta maskapai LCC menurunkan harga tiket hingga 50% di hari Selasa, Kamis, dan Sabtu.

Direktur Utama AirAsia Indonesia Dendy Kurniawan justru menilai bahwa kebijakan tersebut kurang tepat. Katanya, maskapai tidak perlu diatur untuk menjual harga yang murah. Menurutnya, setiap maskapai sudah punya strategi masing-masing dalam siasati harga tiket.

"Poin yang mau saya sampaikan justru, tidak perlu sih sebenernya airline itu diatur jual murah, karena kami sudah punya strategi lah. Untuk jam-jam favorit yang demand rendah juga nggak akan mahal," ungkap Dendy waktu berkunjung ke markas detikcom, Rabu (7/8/2019).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Dia mencontohkan misalnya rute gemuk seperti Jakarta-Denpasar, rute tersebut dipastikan akan ramai saat akhir minggu, namun rendah di hari biasa. Dari situ maskapai bisa mengatur harga lebih tinggi saat permintaan ramai dan harga rendah saat permintaan minim.

"Misal Jakarta-Denpasar, ramainya kan Jumat Sabtu, Minggu, Senin gitu weekend. Cuma di hari yang demand rendah harganya pasti beda gitu kan, pasti sudah ada hitungannya gitu," jelas Dendy.

AirAsia sendiri menurutnya, tidak lagi perlu menurunkan harga tiketnya. Pasalnya, Dendy mengklaim tiket yang ditawarkan pihaknya sudah berada pada rentang harga murah yang diminta pemerintah setiap saat.

"Sebelum dibilang pun kami sudah di rentang yang diminta pemerintah, kan diminta beberapa persen di bawah tarif batas atas tuh. Tapi sebelum diminta pun kami jualnya sudah di situ gitu lho," kata Dendy.


Dendy pun sempat mengomentari soal maskapai di Indonesia yang masih banyak menjual tiket yang terbilang mahal. Kata Dendy kembali lagi ke kebijakan maskapai masing-masing, mungkin menurutnya maskapai tersebut ingin balik modal biaya operasionalnya.

"Soal harga mahal itu balik lagi ke masing-masing airlines, mereka kan mungkin berpikir beban pokok operasionalnya, mereka mau jual tiket di atas harga pokoknya itu," ungkap Dendy.

Masalahnya, menurut Dendy pasar penumpang pesawat di Indonesia pun makin cerdas. Kalau harganya tergolong bisa saja tiket tidak akan laku.

"Pertanyaannya adalah apakah itu akan di-absorb market (diserap penumpang lokal) atau tidak, sesuatu yang tidak bisa dikontrol siapapun, market punya kebebasan untuk tentukan pilihannya," kata Dendy.

"Sesuatu yang tidak bisa dikontrol siapapun, market punya kebebasan untuk tentukan pilihannya," tambahnya.


(zlf/zlf)

Hide Ads