Menurut Direktur Utama Indonesia AirAsia Dendy Kurniawan, di tahun 2018 memang banyak hal yang memicu kerugian bagi maskapainya. Salah satunya, kerugian dipicu oleh naiknya harga minyak dunia dan diperburuk dengan melemahnya nilai rupiah terhadap dollar.
"Kinerja kami memang 2018 alami kerugian, hal tersebut karena harga minyak dunia tinggi pengaruh ke harga avtur, lalu nilai mata uang juga kan melemah waktu itu sampe Rp 15 ribu," jelas Dendy saat berkunjung ke markas detikcom, Rabu (7/8/2019).
Bukan cuma itu, kejadian alam pun banyak yang kurang menguntungkan menurut Dendy. Beberapa bencana yang melanda Indonesia di tahun 2018, membuat banyak wisatawan asing urungkan niatnya terbang ke Indonesia, alhasil permintaan pun berkurang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dendy menjelaskan tahun ini perlahan keadaan membaik, seperti di kuartal I 2019 contohnya. Dia menjelaskan meskipun neraca keuangan perusahaan masih merugi, tapi nilainya lebih kecil kalau dibanding setahun sebelumnya.
Baca juga: AirAsia Jual Tiket Murah, Kok Bisa? |
"Tapi 2019 kami membaik, kalau Q1 di tahun lalu rugi kita Rp 200 miliar lebih, Q1 ini di bawah Rp 100 miliar," jelas Dendy.
Dendy optimistis menutup tahun ini dengan laba pada keuangan AirAsia. "Satu dua minggu dari sekarang akan kita rilis laporan kita, alhamdullilah hasilnya positif, saya sih optimis tutup tahun dengan laba ya," tegasnya.
Waktu ditanya mengenai proyeksi penumpang di tahun ini menurut Dendy memang positif. Hanya saja dia menyoroti gejolak tiket penerbangan lokal yang mahal.
"Kemarin-kemarin ini kan jadi pertanyaan dengan banyaknya harga tiket yang mahal angkanya seperti apa, saya belum lihat nih angka terakhir, pengaruhnya seperti apa," ungkap Dendy.
(zlf/zlf)