Dorong Ekonomi Digital, RI Harus Investasi Besar-besaran di SDM

Dorong Ekonomi Digital, RI Harus Investasi Besar-besaran di SDM

Eduardo Simorangkir - detikFinance
Selasa, 13 Agu 2019 15:45 WIB
Foto: Eduardo Simorangkir
Jakarta - Berkembangnya sistem informasi dan teknologi membuat ekonomi digital menjadi masa depan ekonomi Indonesia. Hal ini bisa dilihat dari semakin banyaknya kegiatan sehari-hari kita yang berhubungan dengan digitalisasi, mulai dari komunikasi, belanja, transportasi, hingga bekerja.

Sayangnya, ekonomi digital Indonesia saat ini masih belum seefisien negara-negara lain yang telah lebih dulu membangun ekosistemnya. Setidaknya ada dua negara yang bisa menjadi contoh Indonesia untuk mengembangkan ekonomi digitalnya.

Dirjen Standarisasi Perangkat Pos dan Informatika (SDPPI) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Ismail mengatakan negara tersebut adalah Korea Selatan dan China. Kedua negara ini bisa menjadi teladan karena Indonesia pernah mempunyai posisi yang sama dengan kedua negara tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ismail bilang, Indonesia dan Korea Selatan pernah menjadi negara yang sama-sama miskin, tepatnya pada krisis ekonomi 1998 silam. Saat itu Korea Selatan berhasil bangkit dari ekonominya yang terburuk sepanjang sejarah dengan berinvestasi besar pada sumber daya manusianya lewat program ten milion people internet education.

"Salah satu targetnya adalah anak sekolah dan ibu rumah tangga. Mereka siapkan spending budget yang cukup besar saat itu untuk bangun ekonomi digital," katanya dalam diskusi pada acara Indonesianisme Summit 2019 di JCC Senayan, Jakarta, Selasa (13/8/2019).


Proyek tersebut sukses besar dan diikuti dengan pembangunan e-government di 2001 dan Giga Pop di kota besar pada 2002. Proyek tersebut juga diikuti dengan pembuatan regulasi yang less assertive dan mendorong terjadinya kompetisi yang sehat. Akhirnya hal ini menciptakan kebutuhan-kebutuhan baru yang segera ditangkap oleh pasar dan industri.

"Saat ini Korsel menjadi 10 negara tertinggi di bidang digital," kata Ismail.

Kemudian ada China yang berhasil melakukan penetrasi besar pada penggunaan uang digital dari yang awalnya merupakan negara yang mengutamakan penggunaan uang kertas. Penetrasi ini diikuti bukan saja dengan menggelar infrastruktur broadband di seluruh pelosok, namun juga diikuti dengan pembangunan ekosistem, kerja sama sektor publik, dan UMKM.

"Mereka menjadikan penggunaan perangkat mobile sebagai bagian dari hidup mulai dari interaksi sosial, pembayaran, pemasaran produk, sampai dengan pengajuan kredit," kata Ismail.

Penetrasi ini menjadikan banyak desa di China yang awalnya miskin menjadi produktif. Misalnya di desa Taobao yang berhasil menjadi salah satu daerah industri furniture terbesar di dunia.

"Ini faktual bagaimana desa-desa di China dari yang setengah mati susah hidupnya sampai jadi desa yang mendunia. Semua dibangun dengan menggunakan ekosistem digital," katanya.




(eds/fdl)

Hide Ads