RI Mau Genjot Ekspor? Rintangannya Masih Banyak

RI Mau Genjot Ekspor? Rintangannya Masih Banyak

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Selasa, 20 Agu 2019 12:47 WIB
Foto: Pradita Utama
Jakarta - Indonesia masih menghadapi sejumlah tantangan untuk melakukan ekspor ke mancanegara. Kementerian perdagangan menyebutkan tantangan tersebut berasal dari internal dan eksternal.

Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan Kemendag, Kasan menjelaskan permintaan dunia 81% adalah barang manufaktur dan 19% untuk komoditas primer.

"Sedangkan Indonesia masih mengekspor 46% barang yang dihasilkan dari sumber daya alam," ujar Kasan saat membacakan presentasi mewakili Menteri Perdagangan dalam acara Policy Dialogue on Trade and Investment Integration, di kantor Kemendag, Jakarta, Selasa (20/8/2019).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Dalam paparan disebutkan pada 2007 ekspor Indonesia 26% terdiri dari batu bara, minyak dan gas. Kemudian minyak sawit 9%, kamera digital 5%, karet 5%, biji besi 4%, kertas dan produk kertas 3%, reactor and kettle 4%, tekstil dan garmen 3%, kayu dan produk kayu 3% dan cooper 2% serta produk lainnya 34%.

Kemudian pada 2017 ekspor batu bara, minyak dan gas sebanyak 22%, sawit 14%, tv dan kamera digital 5%, karet 5%, otomotif 4%, reactor dan boiler 4%, mutiara 3%, alas kaki 3%, tekstil dan garmen 2%, kayu dan produk kayu 2% dan ekspor lain 36%.

Sementara itu, untuk tantangan dari eksternal antara lain perang dagang yang terjadi antara Amerika Serikat (AS) dan China. Kondisi British Exit atau Brexit. "Turunnya harga komoditas juga mempengaruhi serta aturan WTO," ujarnya.

Kemendag menargetkan ekspor non migas bisa tumbuh 8% dengan nilai US$ 175 miliar. Dengan prioritas industri mebel dan produk kayu, makanan dan minuman, tekstil dan pakaian, otomotif, elektronik dan produk kimia.


Dia menyebut untuk mencapai target tersebut pemerintah berupaya untuk memfokuskan produk impor yang masih mentah untuk diproses sehingga meningkatkan nilai tambah.

"Kita juga melakukan perbaikan manajemen untuk impor dan ekspor. Selain itu menyelesaikan beberapa perjanjian perdagangan dengan sejumlah negara mitra dagang," jelas dia.

Misalnya Indonesia dengan AS target perdagangan mencapai US$ 50 miliar, Indonesia dan India perdagangan bilateral ditargetkan US$ 50 miliar pada 2025, kemudian untuk Indonesia dan Korea target perdagangan bilateral US$ 30 miliar pada 2022.


(kil/dna)

Hide Ads