Tiga Generasi Ini Dibuat Kaya Raya Berkat Bisnis Burger

Tiga Generasi Ini Dibuat Kaya Raya Berkat Bisnis Burger

Trio Hamdani - detikFinance
Rabu, 21 Agu 2019 06:32 WIB
Foto: In-N-Out Burger (Istimewa/In-N-Out Burger)
Jakarta - Burger merupakan salah satu makanan cepat saji yang digemari banyak orang. Menu ini cocok dijadikan santapan bagi yang tak mau ribet karena sajiannya simpel namun lengkap mulai dari roti, daging, sayur, hingga keju.

Daya tarik itu yang mungkin membuat bisnis Burger In-N-Out tetap eksis hingga tiga generasi keluarga Snyder. Dikutip dari Mastersinvest, Rabu (21/8/2019),
toko hamburger pertamanya didirikan di California pada 1948.

In-N-Out muncul setelah Perang Dunia II, di mana kehidupan masyarakat kian modern. Adalah Harry Snyder, yang jeli melihat gelombang perubahan yang melanda Amerika dan memanfaatkannya sebagai peluang. Sederhananya, bagaimana dia menyajikan bahan makanan berkualitas tinggi namun bisa diramu dengan cepat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada sebuah wawancara, Lynsi Snyder, penerus bisnis tersebut mengatakan bahwa nilai penjualan di toko In-N-Out lebih dari dua kali lipat McDonald yang juga menghasilkan produk serupa.

Mereka mampu menghasilkan pendapatan kotor sekitar US$ 4,5 juta dalam setahun, sementara McDonald US$ 2,6 juta. Margin laba In-N-Out diperkirakan 20%. Itu lebih tinggi dari pesaing lainnya, Shake Shack sebesar 16%, dan Chipotle 10,5%.

Pendapatan sebesar US$ 4,5 juta atau setara Rp 63 miliar per tahun (kurs Rp 14.000/US$) dari bisnis tersebut, tentu saja menjadikan tiga generasi Snyder kaya raya.

Ketika Harry meninggal karena kanker, bisnis tersebut diambil alih oleh putra kedua, Rich. Naas sebuah kecelakaan pesawat tragis menewaskan Rich. Dia meninggalkan bisnis di tangan satu-satunya saudara kandungnya, Guy.

Dan ketika Guy meninggal dunia, bisnis diteruskan ke satu-satunya keturunan generasi ketiga, putri Guy, Lynsi. Hingga ke tangan generasi ketiga, In-N-Out kini memiliki 335 toko.

Menariknya, yang membuat keuntungan mereka lebih besar bukan dengan memberlakukan harga yang lebih mahal atau upah yang lebih rendah. Sebaliknya, harga menu makanan yang ditawarkan In-N-Out lebih murah daripada kompetitornya.

Jadi bagaimana In-N-Out mempertahankan keuntungan dari tiap produknya? Perusahaan menghemat uang dengan membeli daging secara grosiran dan menggiling daging sapi di rumah.

Dengan menggunakan sumber dan distribusi sendiri, mereka diperkirakan menghemat 3% hingga 5% tiap tahun. Mereka memotong sekitar 6% hingga 10% dari total biaya karena memiliki sebagian besar toko sehingga tidak membayar sewa. In-N-Out juga berhati-hati dalam menentukan lokasi toko. Ini juga jadi strategi untuk menghemat biaya pengiriman


(toy/dna)

Hide Ads