Coba saja sekarang anda cek di gadget anda, ada berapa dompet digital yang anda miliki? Minimal pasti ada dompet digital yang anda miliki. Dompet digital tentu mendukung upaya pemerintah dalam menggerakkan Gerakan Nasional Non Tunai atau cashless untuk sistem transaksi atau pembayaran, di mana saat ini sistem pembayaran yang umum digunakan menggunakan QR Payment.
QR payment adalah sistem pembayaran yang menggunakan sebuah barcode atau QR (Quick Response) Code yang akan discan setiap akan melakukan transaksi pembayaran.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dompet digital atau dompet elektronik ini sejatinya merupakan uang elektronik berbasis server (server based). Biasanya, uang elektronik jenis ini dapat dipakai oleh penggunanya dalam bentuk aplikasi. Selain berbasis server, ada pula uang elektronik berbasis chip (chip based).
Wujud uang elektronik ini umumnya berbentuk kartu. Nah tentu ada sudah terbayangkan mana yang aplikasi, mana yang menggunakan kartu.
Sebagai tambahan informasi bahwa per 24 Mei 2019 terdapat 37 produk uang elektronik server based yang telah memperoleh izin dari Bank Indonesia, antara lain MYNT E-Money, Sakuku, Rekening Ponsel, Jakarta One (JakOne), Mandiri e-cash, Mega Virtual, UnikQu, Nobu e-Money, BBM Money, T bank, FinnChannel, PayPro (d/h Dompetku), DokuPay, Skye Mobile Money, Flexy Cash, T-Cash, XL Tunai, Uangku, Gopay, Truemoney, Dana (d/h Unik), Dooet, Gudang Voucher, Speed Cash, OVO Cash, iSaku, Paytren, KasPro (d/h PayU), Bluepay Cash, Ezeelink, M-Bayar, DUWIT, SHOPEEPAY, Simas E-Money, OttoCash, LinkAja, dan Zipay.
Tentu dengan banyaknya dompet elektronik yang ada saat ini, transaksi yang terjadi juga semakin meningkat. Hal ini terlihat dari sebuah laporan oleh perusahaan riset dan penasihat yang berbasis di India, RedSeer, menunjukkan bahwa Dompet digital adalah segmen FinTech yang tumbuh sangat cepat di Indonesia karena pada tahun 2018 lalu, pasar dompet digital di Indonesia mencapai US$ 1,5 miliar (Rp 21 triliun).
Wow, luar biasa bukan? maka dengan banyaknya dompet digital yang ada saat ini, apakah ini menguntungkan kita dari sisi pengelolaan finansial atau ternyata semakin membuat kita terjebak dengan gaya hidup yang konsumerisme?
Tulisan kali ini akan mencoba membedah kelebihan dan kekurangan dari keberadaan dompet digital, jadi pastikan anda menyimaknya.
Kelebihan memakai dompet digital sebagai alat pembayaran
- Sudah eranya cashless
Siapa di antara kita tidak menggenggam handphone? Hampir dipastikan kita semua menggunakan handphone dan kita telah menginstall minimal satu aplikasi untuk pembayaran.
Tak dapat dipungkiri bahwa kita sering kali melakukan pembayaran, entah untuk belanjaan online, beli tiket nonton, pesan makanan bahkan sampai bayar tagihan listrik atau air, yang penting ada akses internet maka semua kebutuhan transaksi pembayaran bisa terselesaikan dengan mudah tanpa harus anda mengeluarkan uang secara fisik.
Ya semua pembayaran tadi benar-benar terjadi menggunakan gadget anda, yang artinya anda benar-benar sudah cashless dan sudah menjadi kebiasaan anda. Menyenangkan bukan.
- Praktis dan Efisien
Seperti sudah disinggung pada awal tulisan tadi, bahwa saat ini banyak sekali dompet digital yang beredar, dan mungkin awalnya hanya kita gunakan untuk ojek online saja serta memesan makanan, tapi saat ini hampir semua dompet digital dapat membayar segala keperluan.
Kita tidak perlu lagi antri untuk memesan tiket bioskop, kita tidak perlu lagi antri untuk bayar listrik dan membayar telepon setiap bulan, bahkan kita tidak perlu antri untuk membayar BPJS. Bila dulu sering kali kita mengantri di ATM untuk membayar ini-itu setiap bulannya, sekarang anda cukup mengakses dompet digital via gadget anda, dan tagihan bisa terbayar dengan cepat serta mudah.
Praktis kan? Di artikel berikutnya akan kita bahas sambungan untung rugi apa lagi yang bisa kita alami dengan menggunakan dompet digital.
Disclaimer: artikel ini merupakan kiriman dari mitra yang bekerja sama dengan detikcom. Redaksi detikcom tidak bertanggung jawab atas isi artikel yang dikirim oleh mitra. Tanggung jawab sepenuhnya ada di penulis artikel.
(ang/ang)